Yayasan Cerita Beda Hak Sama Sampaikan Pesan Besar Hari Aids Sedunia Lewat Drama Musikal
Hari Aids Sedunia 1 Desember 2019 diperingati Cerita Beda Hak Sama dengan menampilkan pesan besar melalui sebuah drama musikal.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Memperingati Hari Aids Sedunia 1 Desember 2019, Yayasan Syair Untuk Sahabat dan Cerita Beda Hak Sama sepakat untuk membangun mental anak-anak dengan HIV/Aids.
Sebelumnya diberitakan, Yayasan Syair Untuk Sahabat mengungkapkan penyebaran virus HIV/Aids tidak secepat stigma buruk masyarakat terhadap Anak-anak dengan Aids (ADHA).
Sepaham dengan Yayasan Syair, Yayasan Cerita Beda Hak Sama juga mengatakan hal yang sama.
Cerita Beda Hak Sama adalah kelompok teater musikal yang menggalang donasi untuk Orang Dengan HIV/Aids (ODHA).
Berawal dari penulisan ilmiah, Cerita Beda Hak Sama hingga kini meneruskan kampanyenya dan bertemu dengan ADHA.
Hadir sebagai narasumber di Sapa Indonesia, Kompas TV, Minggu (1/12/2019), Penggagas Teater untuk Donasi ODHA, Affav mengatakan anak-anak yang di keluarkan dari sekolah karena statusnya mengidap Aids merupakan sebuah ironi.
Rupanya, Cerita Beda Hak Sama hadir di tengah anak-anak yang mengidap HIV/Aids dengan menampilkan drama musikal.
"Gerakan kami mengajak anak-anak yang mungkin takut untuk bermimpi, karena diskriminasi dari masyarakat," jelas Affav.
Baca : Kisah Adit Eks Persib Bandung, Kaki Kanan Diamputasi, Kini Tatap Kejuaraan Asia Amputee Football
Program-program Cerita Beda Hak Sama
Setiap tahun, Cerita Beda Hak Sama menampilkan drama musikal dengan tema yang berbeda.
Peringatan Hari Aids 2018 lalu, Yayasan Cerita Beda Hak Sama dalam drama musiklanya menyampaikan pesan besar soal dua orangtua yang positif HIV/Aids tidak menularkan virus tersebut kepada anaknya.
"Tahun ini lebih ke biar virus HIV itu bisa tertidurkan, tapi stigma dari masyarakat tidak tidur," tuturnya.
Menurut Affav, meski virus HIV yang diidap oleh seorang penderita HIV/Aids sudah tertidur, stigma masyarakat masih tidak berubah.
"Stigma masyrakat lebih cepat membuat orang lebih cepat down, daripada virusnya itu sendiri," ungkapnya.
Program lainnya yang diusung oleh Cerita Beda Hak Sama yakni mengajar ke sekolah.
"Sekolah-sekolah khusu lebih ke ngajarin pembentukan karakter," tutur Affav.
Affav menjelaskan gerakan yang ia lakukan dengan rekan komunitasnya adalah untuk membentuk karakter anak-anak agar percaya diri dan berani bermimpi.
Diberitakan sebelumnya, Yayasan Syair Untuk Sahabat yang juga hadir di Sapa Indonesia memiliki tujuan yang beriringan dengan Yayasan Cerita Beda Hak Sama.
Baca : Hari AIDS Sedunia 1 Desember: 640 Ribu Orang Indonesia Terinfeksi HIV, Sekarang Ada Obat ARV
Awal Terbentuk Yayasan Syair Untuk Sahabat
Yayasan Syair Untuk Sahabat dibentuk tahun 2009.
Ketua Yayasan Syair Untuk Sahabat, Ahmad Syaiful, menuturkan Yayasan Syair dibentuk oleh Yudie Oktav yang diawali ketika Yudie menerbitkan sebuah buku.
Lalu, Yudie Oktav seusai menerbitkan buku, ia mendapat masukan dari teman-temannya untuk menjadikan Syair sebagai wadah atau yayasan peduli anak-anak yang menyandang HIV/Aids.
Akhirnya terbentuklah Yayasan Syair tersebut.
Baca : SEA Games 2019, Media Vietnam Sebut Ciri Khas Penampilan Memikat Timnas U-22 Indonesia
Saat terbentuk, Yayasan Syair belum memiliki kantor sebagai wadah mengumpulkan anak-anak dengan HIV/Aids.
Syaiful menambahkan Yayasan Syair memulai kegiatan dengan berkumpul di Taman Suropati, Jakarta.
"Seiring berjalannya waktu, ada teman-teman yang support. Dapat support juga dari pesebak bola Bambang Pamungkas," tuturnya.
Kini, Anak Dengan HIV/Aids (ADA) terkumpul dalam satu wadah yakni Syair.org.
Baca : Video Viral Panggung Roboh saat Pertunjukan Reog, Ada yang di Bawah Panggung, Penonton Histeris
Anak-anak yang Bergabung ke Syair.org
Syaiful menuturkan ADA yang tergabung di Syair.org cukup banyak.
Meski Syair.org belum dapat mencakup semua anak dengan HIV/Aids, Syaiful mengatakan timnya berusaha maksimal untuk memberikan bantuan sebaik mungkin kepada anak-anak yang sudah bergabung bersama Syair.
"Memaksimalkan misalnya untuk memberi nutrisi, dan cuci darah secara kesinambungan," jelasnya.
Ditanya soal fokus kegiatan dari Syair.org, Ketua Yayasan Syair mengatakan timnya lebih fokus untuk mengangkat mental penderita HIV/Aids.
"Diskriminasi atau stigma di Indonesia kadang lebih cepat daripada virusnya," kata Syaiful.
Rupanya, ada bebrapa kasus anak asuh Syair.org yang di keluarkan dari sekolah hingga dua kali.
Anak tersebut harus pindah sekolah hingga tiga kali karena mengalami diskriminasi statusnya sebagai ADA.
Selain diskriminasi yang dialami waktu sekolah, ADA juga mengalami diskriminasi saat bersama teman sebaya.
"Mereka juga banyak dilingkungan yang katakan nggak bisa bermain dengan teman-teman sebayanya yang kalau tahu statusnya anak nih," tuturnya.
Baca : Soal Atlet Senam Dipulangkan karena Tak Perawan, Hotman Paris Geram hingga Sentil Nadiem Makarim
Pendampingan Untuk ADA
Yayasan Syair Untuk Sahabat memberikan pendampingan bagi Anak dengan HIV/Aids (ADA) yang tergabung dalam yayasan tersebut.
Dalam pendampingannya, Syair lebih fokus pada usaha mengangkat mental ADA.
"Mereka biasanya punya cita-cita yang malu disampaikan ke luar ya? Biasanya sama komunitas-komunitas lainnya, mereka share 'aku ingin jadi ini, cita-cita aku jadi ini'," tutur Ketua Yayasan Syair Untuk Sahabat.
Yayasan Syair kemudian mencoba untuk mendatangkan influencer yang di mata anak-anak biasanya ingin jadi kaya profesi influencer tersebut.
Selain memberikan mendatangkan sosok inspiratif bagi anak-anak, Yayasan Syair juga memiliki program lain.
Program-program tersebut di antaranya English for Kids, dan ada dukungan akademik bagi anak-anak berprestasi di sekolah.
"Biasanya, anak-anak yang dapat nilai bagus di sekolah, kita kasih reward gitu sih," jelas Syaiful.
Tantangan Besar Yayasan Syair
Syaiful mengatakan tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana cara mengembalikan keceriaan masa kecil anak-anak.
"Karena mungkin gini, kita nggak bisa milih lahir dari keluarga mana, dan dari siapa orang tua kita? Kalau deskriminasi hak anak untuk kebahagiaan, kami coba kembalikan itu, walaupun mungkin nggak sama ya?," jelasnya.
Ia menerangkan untuk mengangkat mental anak, harus diawali dengan menumbuhkan kepercayaan diri anak-anak.
"Kami kasih pupuk lagi, impian. Anak ini berhak punya mimpi. Tantangannya ya karena karakternya macam-macam," ungkapnya.
Fakta tentang HIV/AIDS
Berikut fakta tentang HIV/AIDS berdasarkan data UNAIDS di Indonesia pada 2018, dilansir dari laman unaids.org:
- 640.000 orang hidup dengan HIV.
- Insiden HIV per 1000 yang tidak terinfeksi, jumlah infeksi HIV baru di antara populasi yang tidak terinfeksi lebih dari satu tahun di antara semua orang dari segala usia adalah 0,17.
- Prevalensi HIV, persentase orang yang hidup dengan HIV di antara orang dewasa (15-49 tahun) adalah 0,4%.
- 46.000 orang baru terinfeksi HIV.
- 38.000 orang meninggal karena penyakit terkait AIDS.
Jumlah kematian terkait AIDS telah meningkat 60% sejak 2010, dari 24.000 kematian menjadi 38.000 kematian.
Namun, jumlah infeksi HIV baru telah menurun, dari 63.000 menjadi 46.000 pada periode yang sama.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)