Gibran dan Bobby Maju Pilkada, PKS Khawatirkan Potensi Penyalahgunaan APBN, Deddy Sitorus: Suuzon!
Ketua DPP PKS Pipin Sopian mengkhawatirkan terbukanya potensi nepotisme dan penyalahgunaan APBN ketika terjadi politik dinasti.
Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Pipin Sopian memastikan adanya nepotisme dalam dinasti politik.
Ia pun mengkhawatirkan terbukanya potensi nepotisme dalam pencalonan putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, dan menantunya, Bobby Nasution di Pilkada 2020.
Dari banyak kasus serupa, yang pernah terjadi di berbagai daerah di Indonesia, satu hal yang Pipin khawatirkan yaitu terjadinya potensi penyalahgunaan APBN.
"Ini yang harus dipahami, bahwa ketika seseorang, katakanlah Gibran maju, yang dikhawatirkan adalah potensi penyalahgunaan APBN," kata Pipin.
Hal itu ia sampaikan dalam acara Sapa Indonesia Malam yang diunggah di kanal Youtube Kompas TV pada Minggu (8/12/2019).
Pipin pun melihat adanya akses yang lebih mudah didapatkan seorang anak atau pun menantu presiden untuk maju dalam Pilkada.
"Jika kita melihat runutannya, sebenarnya ada akses yang lebih mudah didapatkan oleh kerabat atau yang sedarah, dan saya melihat sebetulnya ini fenomena gunung es," tuturnya.
Pipin menuturkan, hal itu disampaikannya berdasarkan apa yang dilihatnya selama ini.
Menurutnya, sebelum Gibran dan Bobby memutuskan mengikuti jejak Jokowi di dunia politik, kasus serupa pun pernah terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
"Sebenarnya ini sudah terjadi di berbagai daerah, jadi sebelum muncul Bobby dan Gibran, sebenarnya di Banten, Purwakarta, Sulawesi, dan di berbagai daerah itu terjadi," kata Pipin.
Lebih lanjut Pipin menuturkan, dari yang selama ini ia perhatikan, kasus tersebut membawa pada kerusakan kaderisasi partai politik.
"Yang pertama adalah merusak sistem kaderisasi di partai politik," kata Pipin.
Menurutnya, majunya Gibran ke Pilkada 2020 sama halnya seperti orang baru yang tiba-tiba datang, karena memiliki kedekatan dengan presiden, lalu melemahkan kader-kader partai yang sejauh ini telah membangun karir di partai.
"Tentu akan melemahkan kader-kader partai yang selama ini telah membangun karirnya di partai,