Tanggapi Gibran dan Bobby Maju Pilkada 2020, Ketua DPP PKS: Potensi Nepotisme Itu Sangat Besar
Ketua DPP PKS, Pipin Sopian menuturkan majunya Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution di Pilkada 2020 dapat membuka potensi adanya nepotisme.
Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Pipin Sopian menuturkan majunya Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution di Pilkada 2020 dapat membuka potensi adanya nepotisme.
Pernyataan ini ia sampaikan dalam program Sapa Indonesia Malam yang dilansir kanal YouTube Kompas TV, Senin (9/12/2019).
Isu nepotisme ramai dibicarakan setelah Gibran dan Bobby memutuskan maju Pilkada 2020.
Gibran siap berjuang dalam Pilkada di wilayah Solo, sementara Bobby di Kota Medan.
Langkah keduanya mendapat banyak sorotan dari berbagai pihak, satu diantaranya Pipin Sopian.
Pipin menuturkan perlu adanya kewaspadaan, karena rencana dua anggota keluarga Jokowi mengikuti Pilkada 2020 dapat memunculkan potensi nepotisme.
"Bukan mau suudzon, ini kewaspadaan di antara kita," ungkap Pipin.
"Jadi semua orang harus berpikir bahwa ketika politisi, terutama presiden, anaknya mencalonkan diri, potensi nepotisme itu sangat besar," imbuh dia.
Untuk itu, Pipin mengaku melihat hal tesebut jauh lebih dekat.
Mengingat dinasti politik di Indonesia sempat terjadi pada eraera sebelumnya.
Dalam panggung politik, banyak tokoh yang pernah menempatkan anggota keluarganya di kursi pemerintahan.
"Apakah ini menguntungkan masyarakat atau tidak? Apakah ini baik untuk masa depan demokrasi kita?" kata Pipin.
"Ketika dinasti politik itu juga dicontohkan dari era ke era sebelumnya," ungkapnya.
Mendengar pernyataan Pipin, pembawa acara Sofie Syarief bertanya terkait langkah Gibran dan Bobby sebagai upaya kaderisasi.
"Adanya anak muda yang mau terjun ke politik dan menjadi politik, apakah ini tidak dapat dilihat sebagai kaderisasi? Ya kebetulan mereka anak presiden," tanya Sofie.
Menurut Pipin, hal itu bukan masalah kaderisasi, melainkan adanya akses kekuasaan yang Gibran dan Bobby miliki.
"Saya menjadi yang setuju kalau misalnya anak-anak muda maju sebgai calon anggota dewan atau kepala daerah," ungkap Pipin.
"Tetapi ketika dia memiliki akses kekuasaan yang begitu mudah, kemudian banyak sponsor masuk, nanti APBN atau APBD digunakan untuk memenangkannya itu sebenarnya yang kami khawatirkan," ujarnya.
Pipin juga menuturkan, adanya dinasti politik ataupun mepotisme akan menimbulkan dampak yang berbahaya.
Lebih lanjut, ia mengimbau, jangan sampai hal ini dapat memunculkan apatisme di kalangan milenial yang semakin tinggi.
"Karena mereka tidak punya harapan di politik, karena akses-aksesnya sudah ditutup pintunya oleh elit-elit parpol," ungkap Pipin.
Gibran dan Bobby Bantah Isu Dinasti Politik
Putra sulung Jokowi, Gibran membantah adanya dinasti politik terkait pencalonan dirinya dan Bobby di Pilkada tahun depan.
Dirinya mengatakan bisa menang ataupun kalah, karena semua pilihan ada ditangan rakyat.
"Saya ini kan ikut kontestasi, bisa menang bisa kalah. Tergantung pilihan masyarakat. Nggak ada dinasti," ungkapnya yang dilansir kanal YouTube Kompas TV, (9/12/2019).
Gibran menuturkan tujuannya mencalonkan diri menjadi Wali Kota Solo karena keinginannya mengabdi kepada kota Solo.
"Saya itu hanya ingin sedikit menyumbangkan diri saya ini untuk kota kelahiran saya," ungkap Gibran.
Sementara itu, Bobby mengaku pilihannya maju menjadi calon wali kota Medan tidak ada campur tangan dari Jokowi.
Dikutip dari Tribunnews.com, Bobby, Jokowi memberikan kebebasan untuk menjadi pebisnis, profesional, atau menjadi politisi
"Anak dan menantunya terserah kita mau jadi apa, terserah arahnya mau ke mana," ungkap Bobby. (*)
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma/Febia Rosada Fitrianum)