Eks Pramugari Garuda Indonesia Sebut Nasib Pekerja Tergantung Mood Ari Askhara
Anggi Ardana Neswara mengungkap perlakuan moody Eks Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia kepada awak kabin.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Karena ada saudaranya yang berada di Jeddah, ia mendapat barang titipan dari Indonesia ke Jeddah, yakni berupa rokok sebanyak tiga slop.
"Pada waktu itu landing di Jeddah aman-aman saja, bukan aman sih tapi barang bawaannya tersita," terangnya.
Rokok tersebut sebenarnya legal di perusahaan Garuda, namun justru dipermasalahkan oleh pihak Garuda.
"Saya hanya membawa tiga slop, sebanyak 600 stik dan tertulis di flight attendant service guide books, yang mana barang itu adalah legal dan aturannya boleh membawa sebanyak 600 stik," ungkap Anggi Andara.
Saat sampai di Jeddah, Anggi mengaku di sana terkena random check.
Tapi rokok tersebut hanya dibuang-buang saja.
Dari pihak Jeddah memperbolehkan membawa rokok namun hanya satu.
"Dari mereka diperbolehkan membawa namun hanya satu. Tapi hanya itu saja, tidak membayar pinalti, tidak masuk ke media, tidak ada kepolisian yang menangkap kami. Setelah itu kami diperbolehkan untuk kembali," paparnya.
"Namun, setelah itu, dipermasalahkan oleh pihak Garuda Indonesia bahwa membawa barang dagangan dan lain sebagainya," tambah dia.
Pihak Garuda Indonesia kemudian melakukan PHK secara sepihak kepada Anggi Ardana tanpa memberikan surat peringatan terlebih dalu.
Padahal, sesuai prosedur yang berlaku, setiap awak kabin yang diduga melanggar aturan terlebih dulu diberikan surat peringatan.
Dalam PHK sepihak tersebut, Anggi Ardana dituduh mencemarkan nama baik Garuda Indonesia.
"Saya tidak pernah melakukan kasus apapun di Garuda selama sembilan tahun saya bekerja. Tapi langsung saya dikeluarkan seperti itu dengan sewenang-wenang," ujar Anggi Ardana.
Ia menuturkan, saat dirinya bertanya kepada pihak manajemen, dijelaskan bahwa keputusan PHK tersebut datang dari Ari Askhara.