Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Budayawan dan Filsuf Sepakat dengan PDIP, Haluan Negara Harus Berbasis Kekayaan Budaya Nusantara

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto membuka diskusi soal kebudayaan di Kantor Pusat PDIP di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (13/12/2019).

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Budayawan dan Filsuf Sepakat dengan PDIP,  Haluan Negara Harus Berbasis Kekayaan Budaya Nusantara
Ist for tribunnews.com
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto membuka diskusi soal kebudayaan di Kantor Pusat PDIP di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (13/12/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jelang rapat kerja nasional (Rakernas) I 2020, DPP PDI Perjuangan (PDIP) mengundang sejumlah budayawan dan akademisi untuk berdiskusi tentang kebudayaan dengan mengambil Candi Borobudur sebagai contoh kajian.

Tema diskusi itu adalah 'Mengangkat dan Membumikan Filsafat, Spiritualitas dan Kebudayaan Asli Nusantara'.

Hasilnya, ada kesepahaman bahwa lebih strategis bagi Indonesia untuk mendasarkan pembangunan ke depan dengan selalu berakar pada kebudayaan sendiri.

Bertempat di Kantor Pusat PDIP di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (13/12/2019), Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto membuka diskusi.

Menghadirkan Budayawan M.Sobari, Rm. Mudji Sutrisno, dan Arsitek, Peneliti Relief Candi Borobudur Salim Lee sebagai pembicara utama.

Di acara yang dimoderatori Bonnie Triyana itu, hadir tokoh seperti sebagai peserta grup diskusi terfokus (FGD) itu.

Hasto menyatakan topik diskusi itu diangkat karena PDIP merasa bertanggung jawab merumuskan Haluan Negara.

Berita Rekomendasi

Dan ajang rakernas nanti menjadi salah satu wahana puncaknya dengan mengundang perwakilan dari seluruh Indonesia.

"Dan kami meyakini, bahwa haluan negara tersebut harus bertitik tolak dari akar peradaban kita," kata Hasto.

Dalam konteks itu, lanjut Hasto, maka haluan negara yang nantinya akan secara formal dibahas di MPR RI, bukanlah sekedar langkah politik.

Namun juga sebagai sebuah jalan kebudayaan untuk memastikan masa depan Indonesia untuk 25 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun ke depan.

"Maka hal-hal berkaitan dengan kesejahteraan rakyat, perekonomian, dan lain sebagainya, yang berakar kuat pada kekayaan kebudayaan bangsa, semua akan dibungkus dalam sebuah panduan bernama haluan negara," ucapnya.

"Ini memang bukan jalan mudah. Tapi paling tidak, bila bertumpu pada kebuidayaan kita, kita takkan kehilangan arah atas jalan bangsa kita ke depan. Boleh teknologi ada. Tapi teknologi apa yang mau dikembangkan? Bagi kami, haluan negara adalah wujud Indonesia berkepribadian di dalam kebudayaan itu," bebernya.

Namun apakah kebudayaan Indonesia patut untuk menjadi dasar membangun masa depan? Tidakkah kita cukup mencontek kebudayaan barat saja?

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas