Aktivis Perempuan Tak Bangga Sri Mulyani Masuk 100 Perempuan Berpengaruh di Dunia versi Forbes
"Jadi sebagai Perempuan Mahardhika yang bekerja erat dengan teman-teman buruh perempuan, saya tidak bangga," katanya
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Nasional Perempuan Mahardhika, Mutiara Ika mengaku sulit untuk merasa bangga dengan pencapaian terakhir Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Diketahui, Sri Mulyani masuk dalam daftar 100 perempuan berpengaruh di dunia versi Forbes.
Baca: Menkeu Sri Mulyani Kembali Masuk Daftar 100 Perempuan Berpengaruh Versi Forbes
Sri Mulyani berada di peringkat ke-76 The World's 100 Most Powerful Women dan menjadi satu-satunya perempuan asal Indonesia yang masuk daftar tersebut.
"Jadi sebagai Perempuan Mahardhika yang bekerja erat dengan teman-teman buruh perempuan, saya tidak bangga dengan apa yang diraih oleh Sri Mulyani sekarang," ujar Mutiara, ketika dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (14/12/2019).
Sulit bangganya Mutiara merujuk pada permasalahan investasi yang tengah digadang-gadang pemerintah sebagai sesuatu yang penting di Indonesia.
Sri Mulyani selaku Menkeu juga diyakini memiliki andil dalam mengelola iklim investasi Tanah Air.
Namun sayangnya, Mutiara menilai prioritas pemerintah sekarang sangat berpijak pada peningkatan logika modal.
Di mana sangat bertolak belakang dengan upaya pembangunan SDM, terutama pekerja perempuan.
"Saya bisa mengatakan bahwa investasi yang digadang-gadang oleh pemerintah itu menghancurkan tubuh perempuan, utamanya pekerja perempuan. Ini berangkat dari hasil penelitian kekerasan berbasis gender yang dilakukan oleh Perempuan Mahardhika pada tahun 2017," kata dia.
Pihaknya banyak sekali menemukan hambatan bagi buruh perempuan untuk maju atau mendapatkan peningkatan kualitasnya sebagai manusia.
Hambatan pertama yakni terciptanya sistem kerja yang sangat fleksibel.
Tidak adanya pekerja tetap melainkan kontrak, borongan atau harian lepas.
Kemudian, target kerja yang sangat tinggi dan tidak manusiawi.
Mutiara mengungkap ketika seorang pekerja perempuan tidak memenuhi target, maka sanksi berupa lembur tidak dibayar menantinya.
"Selain itu upah yang rendah, jauh dari standar kebutuhan hidup layak. Itulah situasi yang diciptakan dari logika investasi yang digadang-gadang oleh pemerintah Indonesia ini. Dan dari situ dampaknya bagi tubuh perempuan sangat destruktif," imbuh Mutiara.
"Dan bagaimana kuasa yang dimiliki Ibu Sri Mulyani dalam konteks Most Powerful Women tidak ia gunakan untuk berpihak sepenuhnya pada peningkatan kualitas hidup buruh perempuan," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Forbes kembali merilis daftar The World's 100 Most Powerful Women. Sri Mulyani menjadi satu-satunya perempuan asal Indonesia yang masuk daftar tersebut.
Dikutip dari Forbes, Sri Mulyani Indrawati berada di peringkat ke-76 dalam daftar The World's 100 Most Powerful Women.
Sementara itu, Kanselir Jerman Angela Merkel berada di peringkat pertama.
Kemudian, posisi kedua diisi oleh Christine Lagarde, Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB).
Pada daftar tersebut, terdapat 100 perempuan di seluruh dunia yang mengambil peran di sektor pemerintahan, filantropi, dan media.
Selain itu, sederet artis juga masuk daftar tersebut, di antaranya Rihanna (peringkat 61), Beyoncé Knowles (peringkat 66), Taylor Swift (peringkat 71), dan Reese Witherspoon (peringkat 90).
Baca: Sri Mulyani Masuk Top Worlds 100 Most Powerful Women Versi Forbes, Satu-satunya Wanita Indonesia
Forbes menyebutkan, sebagai menteri keuangan, Sri Mulyani dinilai menambah pendapatan negara melalui reformasi pajak yang akan memperluas layanan e-filling dan menunjang kepatuhan pembayar pajak.
"Tahun lalu, Sri Mulyani memperoleh penghargaan Menteri Terbaik yang prestisius di World Government Summit atas usaha-usahanya untuk menerapkan reformasi," tulis Forbes.