Susi Pudjiastuti Tanggapi Wacana Ekspor Benih Lobster: Harganya Lebih Mahal dari Harley Davidson
Susi Pudjiastuti tanggapi wacana ekspor benih lobster. Ia menyebut harga satu backpack bibit lobster sama dengan dua motor Harley Davidson.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pudjiastuti menanggapi wacana pembebasan ekspor benih lobster oleh suksesornya, Edhy Prabowo.
Padahal, kala menjabat menteri, Susi Pudjiastuti melarang ekspor benih lobster.
Melalui cuitannya, Susi menyebut harga satu backpack bibit lobster sama dengan dua motor Harley Davidson.
"1 backpack bibit lobster +_ min 8000ekor Rpnya sama dg 2 harley= 60 Brompton,
kalau bibit ini tidak diambil, di laut & jadi besar nilai jd min. 20 harley = 600 brompton,
tidak usah kasih makan, Tuhan yg memelihara, manusia bersabar,menjaga pengambilannya.
Tuhan lipatkan gandakan," tulis @susipudjiastuti, Sabtu (14/12/2019).
"Sekarang baru tahu kan bibit lobster ukurannya lebih gede dari harley," tulis Susi pada tweet lain.
Susi Pudjiastuti juga menilai lobster yang bernilai tinggi tidak boleh punah.
"Lobster yg bernilai ekonomi tinggi tidak boleh punah, hanya karena ketamakan kita untuk menual bibitnya; dengan harga seperseratusnyapun tidak.
Astagfirulah .. karunia Tuhan tidak boleh kita kufur akan nikmat dr Nya," cuit Susi.
Wacana Pembebasan Ekspor
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo mengungkapkan, wacana pembebasan ekspor benih lobster bertujuan mengurangi kegiatan ekspor ilegal.
Dilansir Kompas.com, pembebasan ekspor benih lobster dilakukan dengan ketetapan aturan.
"Kalau dibiarkan nyatanya penyeludupan tetap berjalan. Makanya kami buka saja (ekspor), sehingga penyelundupan di Indonesia tidak punya nilai lagi," ungkap Edhy di JCC Jakarta Sabtu (14/12/2019).
Edhy menyebut, bila ekspor benih lobster dilakukan dengan terstruktur akan meningkatkan perekonomian masyarakat yang bergantung pada penjualan benih lobster.
"Daripada dijual melalui perantara, kenapa enggak langsung. Dengan siapa nanti dijual apakah dengan koperasi atau ke siapa yang tahu," ujarnya.
Ia kemudian menyebut negara menjadi penerima benih lobster secara langsung, tanpa melewati perantara atau penyelundupan.
"Kenapa kami enggak fokus pada si pemilik benih ini agar punya harga yang lebih besar?" tambahnya.
Diketahui, Susi melarang keras ekspor lobster lantaran dinilai akan menghancurkan ekosistem perkembangbiakan lobster di tanah air.
Sementara itu, Edhy mengaku memiliki cara agara ekspor benih lobster tetap menghasilkan keuntungan.
"Sebagai misal kalau kami mau budidaya dalam negeri, kan ini untuk membangun wilayah budidaya harus memasang keramba dan menyiapkan tempatnya."
"Kan butuh waktu. Apa kita harus nunggu? Sementara mereka yang tadinya tergantung juga harus makan," ungkap Edhy.
Dikaji Lebih Dalam
Wacana ekspor benih lobster, menurut Edhy masih akan dikaji lebih dalam.
Hal ini terkait aturan yang akan diberlakukan.
Edhy menyebut aspek keberpihakan kepada masyarakat yang menggantungkan hidup dari benih lobster harus dipertimbangkan.
"Ada muncul wacana ekspor, tentu ini harus dikaji lagi apakah bertahap atau dengan kuota."
"Seandainya kami ekspor sejuta benih lobster, misalnya. Berapa nilai yang benar-benar masuk ke nelayan dan berapa nilai yang masuk ke pajak negara," jelasnya.
Edhy menyebut dengan cara ini akan menambah perekonomian masyarakat yang menggantungkan diri dari benih lobster.
Kajian yang dilakukan Edhy melibatkan para pakar perikanan.
Edhy menyebutkan, ia mendapatkan informasi, benih lobster pada dasarnya tidak dapat bertahan hidup tidak lebih dari 1 persen.
Maka dari itu, Edhy berencana bekerja sama dengan negara yang berhasil membudidayakan lobster seperti Vietnam.
"Jalan keluarnya apa? Kalau dilarang (ekspor), pusat pembesaran lobster belum ada di Indonesia. Ini yang akan kami hidupkan. Negara yang sebagai pembesar lobster seperti Vietnam kami ajak ke sini," jelasnya.
Harus Ada Nilai Balik
Edhy menambahkan ekspor yang dilakukan harus memiliki nilai balik terhadap lingkungan dan ekosistem.
Hal ini dengan mengembalikan beberapa persen lobster ke perairan Indonesia misalnya 2,5 persen sampai 5 persen dari jumlah ekspor benih.
Hal ini bertujuan agar tidak rusaknya lingkungan dan ekosistem lobster.
"Jangan sampai lingkungan rusak dan lobsternya habis, misal 5 persen atau 2,5 persen benih lobster dikembalikan ke laut, tinggal dihitung."
"Kalau menurut kajian kan yang hidup dari semua lobter itu hanya 1 persen saja enggak sampai, kalau masuk 2,5 atau 5 persen kan saya pikir bagus," ujar Edhy.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Syarat Edhy Prabowo soal Wacana Ekspor Benih Lobster."
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto) (Kompas.com/Kiki Safitri)