Rocky Gerung Yakini Pemilihan Ketum Golkar Sesuai Pesanan Istana: Sinyalnya Keras Sekali
Rocky Gerung meyakini keputusan aklamasi dalam memilih Ketum Golkar dalam Munas Golkar adalah mendapat intervensi dari istana.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Pemilihan Ketua Umum Golkar di Musyawarah Nasional (Munas) beberapa waktu lalu melalui aklamasi diyakini Rocky Gerung sesuai dengan pesanan istana.
Diketahui, Airlangga Hartarto kembali memimpin partai berlogo pohon beringin tersebut.
Rocky Gerung memberikan tanggapan mengenai hal tersebut dalam video Youtube kanal Rocky Gerung Official yang diunggah Sabtu (14/12/2019).
"Saya kira itu benar (Airlangga terpilih karena pesanan istana), karena sinyalnya keras sekali. Harus aklamasi, jadi kalau ada pesaingnya ya pasti istana akan intervensi," ujarnya.
Rocky Gerung lalu mengaitkan dengan isu perubahan periode kepemimpinan Presiden Jokowi.
Rocky Gerung menyebut Bambang Soesatyo lah yang mengajukan ide supaya Presiden Jokowi tiga periode.
"Kita tahu juga Bambang Soesatyo itu orang pertama yang mengajukan ide supaya Presiden Jokowi tiga periode. Dan presiden menjawab 'itu seperti tamparan bagi saya', dan memang ditampar balik. Sehingga Bambang Soesatyo mengundurkan diri," ucapnya.
Rocky Gerung kemudian sedikit merevisi kalimat terakhirnya.
"(Bambang Soesatyo) dengan sendirinya harus mengundurkan diri karena sinyal istana tidak menginginkan dia. Itu buruk buat demokrasi," ujarnya.
Sebut Jokowi Sering Intervensi Partai
Lebih lanjut, Rocky Gerung menyebut Presiden Jokowi melakukan intervensi terhadap partai politik.
"Selama Presiden Jokowi memerintah dalam periode pertama, beberapa partai diintervensi seperti PPP," ucapnya.
Kritik pedas Rocky Gerung juga mengungkapkan yang dilakukan tersebut adalah wujud sikap orde baru.
"Kelihatnya tabiat orde baru mengendalikan partai politik masih terbawa atau dibikin lebih sublim oleh rezim ini. Seolah-olah tidak intervensi tapi sinyalnya intervensi," ujarnya.