BMKG Imbau Masyarakat Gunakan Kacamata Khusus dan Berhenti Tiap 5 Menit saat Lihat Gerhana Matahari
Kepala Pusat Geopotensial dan Tanda Waktu BMKG mengimbau masyarakat untuk menggunakan kacamata khusus jika ingin melihat fenomena langka ini.
Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Wulan Kurnia Putri
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia menjadi satu di antara sejumlah negara yang akan mengalami fenomena gerhana matahari cincin pada Kamis (26/12/2019).
Fenomena alam ini akan menjadi gerhana terakhir di sepanjang tahun 2019.
Menurut rilis resmi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), jalur gerhana cincin ini akan melewati 25 pusat kota dan kabupaten di 7 provinsi di Indonesia, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur.
Kepala Pusat Geopotensial dan Tanda Waktu BMKG, Bambang Setio Prayitno, mengimbau masyarakat untuk menggunakan kacamata khusus jika ingin melihat fenomena langka ini.
Pasalnya, gerhana matahari dapat mengakibatkan kerusakan mata apabila dilihat secara langsung.
"Jika masyarakat ingin melihat fenomena gerhana tersebut harus menggunakan kacamata khusus agar terhindar dari kerusakan mata," kata Bambang, saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (25/12/2019).
"Jangan langsung melihat tanpa menggunakan kacamata khusus," sambungnya menegaskan.
Sementara itu, Kasubid Analisis Geopot & Tanda Waktu BMKG, Suaidi Ahadi, dalam acara Metro Pagi Primetime yang diunggah di kanal Youtube Metro TV News, menyampaikan bahwa seluruh gerhana matahari berbahaya untuk dilihat secara langsung.
Suaidi menerangkan mengenai bahaya yang timbul ketika seseorang melihat gerhana matahari secara langsung.
"Gerhana matahari tidak bisa dilihat langsung karena sinar ultraviolet yang secara tiba-tiba ketika terjadi kontak itu akan menghasilkan gelombang elektomagnetik, jadi dia akan mengganggu retina," terangnya.
Karena itu, senada dengan Bambang, Suaidi juga meminta masyarakat untuk tidak menyaksikan gerhana matahari secara langsung.
Suaidi mengingatkan agar masyarakat tidak terus-menerus memandangi gerhana meskipun sudah menggunakan kacamata.
"Walaupun kita menggunakan kacamata yang menggunakan filter jangan melihat terus-terusan, disarankan lima menit sekali kita istirahat," jelasnya.
Gerhana Matahari Cincin
Kepala Pusat Geopotensial dan Tanda Waktu BMKG, Bambang Setio Prayitno, mengatakan ada hal menarik pada gerhana matahari yang akan terjadi pada 26 Desember 2019 ini.
"Yang menarik tentunya, gerhana ini, pada saat terjadi total akan terlihat seperti cincin," terang Bambang.
"Ini tidak terjadi pada setiap tahun," sambungnya.
Kepada Tribunnews.com, Bambang pun menyebutkan wilayah mana saja yang akan terlewati oleh gerhana matahari cincin, yaitu sebagai berikut:
1. Provinsi Aceh : Sinabang dan Singkil
2. Provinsi Sumatera Utara: Sibolga, Pandan, Tarutung, Padang Sidempuan, Sipirok, Gunung Tua, dan Sibuhan.
3. Provinsi Riau: Pasir Pengaraian, Dumai, Bengkalis, Siak Sri Indrapura, Selat Panjang.
4. Provinsi Kepulauan Riau: Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Batam, dan Bandar Seri Bentan.
5. Provinsi Kalimantan Barat: Mempawah, Singkawang, Sambas, Bengkayang, Putussibau.
6. Provinsi Kalimantan Timur: Tanjungredep
7. Provinsi Kalimantan Utara: Tanjungselor
"Untuk wilayah selain itu hanya dapat menyaksikan gerhana matahari sebagian," kata Bambang.
Fase Aman Menyaksikan Gerhana Matahari
Suaidi juga mengungkapkan, terdapat fase aman untuk menyaksikan gerhana matahari, yaitu ketika matahari sudah full kontak.
"Fase aman sebenarnya diawali dari ketika matahari sudah full kontak karena ketika proses kontak sampai nanti dia lepas lagi itu fase yang tidak aman sebenernya," terang Suaidi dalam wawancaranya yang ditayangkan Metro TV.
Meskipun demikian, Suaidi mengimbau masyarakat untuk tidak menatap gerhana terus menerus meskipun dalam fase aman.
"Kalau matahari sudah full kontak, sudah gerhana matahari total atau gerhana matahari cincin nanti full kontak, itu sudah aman tapi jangan dilihat terus," ujarnya.
Selama ini, banyak masyarakat yang mengira proses gerhana matahari itulah yang aman untuk dilihat.
Suaidi mengatakan, justru saat matahari dalam proses menuju gerhana, fase tersebut lebih berbahaya dan berisiko terjadi masalah kesehatan pada retina.
"Yang berbahaya bukan ketika kontak tapi prosesnya, karena matahari tiba-tiba ada gelap dan terangnya di situ sehingga mata menjadi kaget, retina menjadi bermasalah nanti," jelas Suaidi.
Sebelumnya, BMKG telah memprediksi lima gerhana yang akan terjadi di sepanjang tahun 2019.
Berikut prediksi lima gerhana di sepanjang tahun 2019, menurut rilis resmi BMKG:
1. Gerhana Matahari Sebagian (GMS) 5-6 Januari 2019 yang tidak dapat diamati dari Indonesia,
2. Gerhana Bulan Total (GBT) 21 Januari 2019 yang tidak dapat diamati dari Indonesia,
3. Gerhana Matahari Total (GMT) 2 Juli 2019 yang tidak dapat diamati dari Indonesia,
4. Gerhana Bulan Sebagian (GBS) 17 Juli 2019 yang dapat diamati dari Indonesia, dan
5. Gerhana Matahari Cincin (GMC) 26 Desember 2019 yang dapat diamati dari Indonesia.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)