BUMN Bergerak Bantu Korban Banjir Jabodetabek, Bentuk Tim Evakuasi dari Pertamina hingga Adi Karya
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membentuk tim untuk membantu mengevakuasi korban banjir Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekaso (Jabodetabek).
Penulis: Nidaul 'Urwatul Wutsqa
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membentuk tim untuk membantu mengevakuasi korban banjir Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekaso (Jabodetabek).
BUMN turut mendukung upaya tanggap darurat bencana banjir Jabodetabek.
BUMN yang turut andil penanganan banjir tersebut antara lain Pertamina, Pelni, Telkom, Mandiri, BNI, BTN, PT Kereta Api, Jasa Raharja, dan masih banyak lainnya.
BUMN akan memberikan kebutuhan perahu karet, logistik, beberapa obat-obatan, serta makanan dan pakaian kepada para korban bencana banjir 2020 ini.
Informasi ini disiarkan oleh akun Twitter Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Sementara itu Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) Arya Sinulingga mengatakan, Kementerian BUMN sudah membentuk tim untuk membantu penanganan banjir di wilayah Jabodetabek.
"Kemarin kita sudah bentuk tim di Jabodetabek. Misalnya di Jakarta Utara empat (perusahaan) BUMN, Jakarta Selatan empat, Jakarta Pusat empat. Kita sesuaikan empat BUMN di setiap lokasi," kata Arya di Graha BNPB, Jakarta Timur, dilansir dari Kompas.com, Kamis (2/1/2020).
Arya mengungkap pihak BNPB sudah menetapkan beberapa titik-titik posko bencana banjir Jakarta 2020 ini.
"Dan mulai hari ini kami sudah menempatkan titik-titik posko yang sudah ditetapkan BNPB," pungkasnya.
Adapun beberapa pembagian tim oleh BUMN untuk wilayah banjir Jabodetabek adalah sebagai berikut:
Jakarta Utara : Pertamina, Pelni dan Pelindo 2.
Jakarta Selatan : Adi Karya, Jasindo, BTN dan Mandiri.
Jakarta Timur : BNI, JIEP, Wijaya Karya dan Telkom.
Jakarta Barat : PLN, Telkom, Mandiri dan BNI.
Depok : Jasamarga, Adi Karya, Waskita, Wijaya Karya.
Bekasi : Jasamarga, BRI, Jasa Raharja, BTN, Indofarma, PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Jasa Tirta 2.
Bogor : Pertamina, PLN, Jasamarga dan Wijaya Karya.
Jumlah Pengungsi Lebih dari 30 Ribu Orang
Diketahui hingga kini, pihak BNPB mencatat jumlah pengungsi akibat banjir di wilayah DKI Jakarta mencapai lebih dari 30.000 orang.
Bahkan hingga pagi hari tadi jumlah pengungsi bertambah dua kali lipat.
Angka ini pun masih diprediksi akan terus naik.
BNPB juga mencatat jumlah korban meninggal akibat banjir sebanyak 16 korban jiwa.
“Saat ini BNPB masih terus melakukan pendataan dari berbagai sumber dan kemungkinan jumlah korban bisa bertambah,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi (Kapusdatinkom) BNPB Agus Wibowo dalam keterangan tertulis.
Di sisi lain, dilansir dari KompasTV Live, pihak Badan Sar Nasional (Basarnas) mengungkap kekurangan personil dalam mengevakuasi korban banjir.
Direktur Operasional Basarnas, Bambang Suryo Aji mengungkapkan bencana banjir di wilayah Jabodetabek menurutnya membutuhkan bantuan tenaga dari TNI.
Bantuan tersebut diperlukan karena personel yang ada saat ini masih kuwalahan untuk mengevakuasi warga yang masih terjebak di dalam rumah.
Padahal sebelum perayaan malam tahun baru, anggota Basarnas sudah bersiap siaga dalam penanganan banjir.
"Kita sudah semaksimal mungkin, tapi hari ini kita akan datangkan beberapa personil dari beberapa kantor SAR," ungkap Bambang.
Wilayah-wilayah tersebut antara lain Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan seluruh kantor SAR untuk membantu penanganan banjir Jabodetabek.
Basarnas akan mengutamakan meminta penambahan jumlah anggota kepada relawan yang berada di daerah-daerah yang tidak terkena curah hujan tinggi dan longsor.
Ia juga mengungkapkan Emergency Call Basarnas selalu bunyi, sehingga hal tersebut menjadi kendala utama yang dialami Basarnas saat mengevakuasi korban banjir.
Pasalnya, banyak warga yang marah karena lamanya respon tim Basarnas saat dihubungi.
"Ada yang marah-marah juga, kenapa kok ditolak terus. Padahal ngantri itu Pak," jelas Bambang.
Bambang mengatakan banyak permintaan bantuan perorangan daripada perkelompok.
Sehingga tim Basarnas harus inventarisir terlebih dahulu, seperti kejelasan tempat kejadian.
Setelah itu dibagi per subsektor, sehingga kemudian baru dapat beranjak mengevakuasi para korban-korban tersebut.
Namun kembali ia mengungkap karena jumlah anggota sangat kurang maka penanganan korban tidak dapat sesegera mungkin dilaksanakan.
Akibatnya penanganan korban banjir dapat memakan waktu 2-3 jam.
(Tribunnews.com/Nidaul 'Urwatul Wutsqa)