Hari Kedua Operasi Hujan Buatan, Semai Awan di Barat Daya dan Selatan Jabodetabek
Memasuki hari kedua pelaksanaan, operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan dilakukan di Barat Daya dan Selatan Jabodetabek.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memasuki hari kedua pelaksanaan, operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan dilakukan di Barat Daya dan Selatan Jabodetabek.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pun melakukan dua dari empat sorti penerbangan pada hari ini.
Hal ini untuk mengatasi banjir yang melanda Jabodetabek pasca tingginya intensitas curah hujan yang mengguyur wilayah Jakarta dan kota penyangga di sekitarnya sejak malam pergantian tahun.
Operasi hujan buatan dilakukan BPPT melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) menggunakan pesawat yang dipinjam dari TNI Angkatan Udara (AU).
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa setiap harinya dilakukan empat sorti penerbangan untuk operasi hujan buatan berupa penyemaian garam atau Natrium Klorida (NaCl) terhadap potensi awan hujan.
Namun untuk hari ini, BBTMC hanya melakukan dua sorti penerbangan.
"Kemarin kita sudah terbang sebanyak 4 sorti. Hari ini sudah dua sorti, dari rencana empat sorti penerbangan," ujar Hammam, di Jakarta, Sabtu, (4/1/2020).
Dalam operasi untuk menggeser hujan agar tidak jatuh di wilayah Jabodetabek ini, sejumlah lembaga pemerintah pun turut ambil bagian.
Seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), kata Hammam, permasalahan banjir pada awal tahun ini harus segera diatasi.
Terkait operasi hujan buatan ini, dilakukan melalui Posko TMC di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, sejak 3 Januari 2020.
Pesawat yang digunakan pun milik TNI AU, sama seperti saat operasi hujan buatan untuk penanganan bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda sebagian wilayah di Indonesia beberapa waktu lalu.
Namun untuk penyemaian awan pada hari ini, menggunakan pesawat CN 295 A-2901 serta CASA 212 A-2105.
Hammam menambahkan bahwa penyemaian pada hari kedua, dilakukan pada siang hari.
Sebanyak lebih dari 2.000 kg garam dibawa menggunakan CN 295 untuk disemai ke potensi awan hujan yang berada di Barat Daya Jabodetabek.
"Pesawat mulai diterbangkan pada pukul 12.00 siang. CN 295 membawa bahan semai sebanyak 2.400 Kg, menuju Barat - Barat Daya Jabodetabek," jelas Hammam.
Kemudian 800 kg garam dibawa pesawat lainnya yakni CASA 212 untuk disemaikan pada potensi awan hujan yang berada di Selatan Jabodetabek.
Hal ini dilakukan agar hujan jatuh di daerah lainnya, sebelum sampai ke wilayah Jakarta dan sekitarnya.
"Untuk CASA 212 membawa 800 Kg bahan semai, menuju Selatan Jabodetabek," kata Hammam.
Berdasar pada data yang diterima posko TMC di Halim, menunjukkan adanya pertumbuhan awan yang terkonsentrasi di sisi Barat dan wilayah Jabodetabek.
Penyemaian pun dilakukan secara optimal terhadap potensi awan yang diprediksi akan memasuki wilayah Jakarta ini.
Yang menjadi catatan penting adalah awan-awan ini harus segera disemai garam sebelum memasuki wilayah ibu kota, agar menghasilkan hujan yang jatuh di wilayah penyemaian.
"Maka itu, kemarin dan hari ini pesawat TMC langsung diterbangkan guna menyemai awan," papar Hammam.
Untuk hasil operasi awal, Hammam menyebut telah menghasilkan hujan di dua wilayah sebelum memasuki Jabodetabek.
Kedua wilayah tersebut meliputi Kepulauan Seribu dan Selat Sunda.
"Hasilnya alhamdulillah, hujan terjadi di area penyemaian, seperti di atas Selat Sunda dan Kepulauan Seribu," tegas Hammam.
Sebelumnya, Hammam mengaku pihaknya menyediakan 22 ton garam untuk digunakan sebagai bahan semai.
"Kami sudah siapkan 22 ton bahan semai dan segera ditambah lagi stoknya," tutur Hammam.
Dalam upaya untuk melakukan penyemaian garam pada potensi awan hujan, ada empat sorti penerbangan yang dilakukan setiap harinya.
Sementara itu, TNI AU telah menyediakan armadanya untuk kembali dipinjamkan pada operasi hujan buatan mengerahkan dua jenis pesawatnya yakni CN295 dan CASA.
Sedangkan satu unit Hercules disiagakan sebagai armada opsional.
Operasi hujan buatan yangdilakukan mulai 3 Januari 2020 ini diawali kegiatan monitoring pertumbuhan dan pergerakan awan.
Rencananya, hujan buatan ini akan diturunkan di kawasan Selat Sunda atau Lampung, hal ini tergantung dari arah angin.
Terkait tim yang dikerahkan untuk melakukan penyemaian garam pada potensi awan, BPPT menyiapkan 15 personelnya.
Dalam operasi hujan buatan ini, kata Hammam, tentunya peran BMKG sangat penting dalam memberikan informasi akurat terkait cuaca hingga pergerakan angin.
"Kita perlu data-data cuaca yang akurat dari BMKG, terkait awan hujan, pergerakan angin dan lain-lain," jelas Hammam.
Melalui informasi itulah, tim BBTMC BPPT nantinya bisa menentukan langkah yang tepat dalam melaksanakan operasinya.
"Sehingga ahli TMC bisa simulasi dan antisipasi," kata Hammam.
Senada dengan apa yang disampaikan Hammam, Kepala BBTMC Tri Handoko Seto menjelaskan bahwa operasi ini memang ditargetkan untuk menjatuhkan air hujan di wilayah lainnya sebelum mencapai ibu kota dan kota di sekitarnya.
"Semua awan yang bergerak ke Jabodetabek dan diperkirakan akan hujan di Jabodetabek akan disemai dengan pesawat menggunakan bahan semai NaCl. Diharapkan awan (hujan) akan jatuh sebelum memasuki Jabodetabek," kata Seto.
Ia menyebut operasi ini mampu mengurangi sekitar 30 hingga 50 persen potensi hujan yang akan turun di wilayah Jabodetabek.