Evakuasi Masih Sulit Diwujudkan, Kemenkes Pastikan Seluruh Mahasiswa Indonesia di Wuhan Aman
Meski evakuasi belum dapat dilakukan, Kemenkes mengataka pemerintah Indonesia terus berupaya memastikan keamanan WNI di Wuhan, China.
Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Anung Sugihantono menyebutkan, hingga kini pemerintah Indonesia terus berupaya memastikan keamanan Warga Negara Indonesia (WNI) di Wuhan.
Namun, Anung mengakui upaya pengamanan melalui evakuasi masih sulit diwujudkan.
Hal ini lantaran kota Wuhan, China, masih diisolasi hingga saat ini.
Sekalipun dapat dievakuasi, menurut Anung, tahapannya tidak sederhana.
Sesuai dengan hukum kesehatan internasional, mereka yang baru dievakuasi dari wilayah yang terpapar virus harus diobservasi selama dua kali masa inkubasi.
Artinya, seandainya para WNI dievakuasi, kemungkinan pemindahan tidak bisa dilakukan dari Wuhan ke Indonesia tetapi hanya keluar dari Wuhan atau Provinsi Hubei.
"Itupun harus dikarantina, enggak boleh ke mana-mana dulu," terang Anung.
"Kalau sudah, dia kembali ke sini (Indonesia) dengan clearance kesehatan dari sana, itu kemudian kita di sini tetap melakukan prosedur kekarantinaan kesehatan," tuturnya.
Sementara itu, Anung memastikan seluruh mahasiswa asal Indonesia yang berada di Wuhan, China, dalam kondisi aman.
Tak ada satu pun dari mereka yang dinyatakan terjangkit Virus Corona.
"Tadi salah satu pejabat dari Kementerian Luar Negeri menginformasikan, 242 mahasiswa atau warga negara kita yang ada di Wuhan, Alhamdulillah semuanya dalam keadaan baik," kata Anung saat konferensi pers di Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020).
Pernyataan Mahasiswa yang Terisolasi di China
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, seorang mahasiswi jurusan kedokteran, Marina Febriana Chariah mengungkapkan, dirinya bersama kesembilan temannya yang berasal dari Indonesia terpaksa harus terisolasi di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Namun, ia menuturkan, saat ini pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing memang belum dapatmengevakuasi seluruh WNI di China.
Marina mengungkapkan, hal itu lantaran kondisi Provinsi Hubei, sudah dikunci oleh pemerintah China.
Oleh karenanya, WNI yang berada di sana kesulitan untuk dievakuasi ke luar.
Kendati demikian, ia menyebutkan kondisinya dan kesembilan temannya dalam keadaan baik.
"Sejauh ini, KBRI mengusahakan adanya evakuasi, karena seluruh kota di Provinsi Hubei ini sudah di-lockdown," ujar Marina saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (27/1/2020).
"Jadi langkah-langkah untuk bisa mencapai proses evakuasi itu sangat susah," jelasnya.
Menurutnya, pihak KBRI telah mendata semua WNI yang berada di China untuk mempermudah proses evakuasi.
"Sekarang seluruh WNI sedang di data untuk mempermudah prosesnya," kata Marina.
"Pihak KBRI mengusahakan untuk berkomunikasi ke setiap kota untuk mencari jalan keluarnya," tambahnya.
Sementara itu, pada Tribunnews.com, Mahasiswa S2 di China University of Geosciences Wuhan Rio Alfi menyebut sudah tidak bisa lagi keluar untuk berbelanja sendiri.
Ia pun mengaku stok makanannya sudah menipis.
"Kalau kekurangan logistik pihak kampus akan kirimkan dan kita harus bayar, memang lebih mahal tapi stok sudah menipis," ucapnya.
Tak berbeda dengan Rio, stok makanan milik para mahasiswa mulai menipis.
Hal itu dikarenakan tidak semua supermarket membuka gerainya.
"Iya benar (stok makanan menipis), soalnya hanya beberapa supermarket saja yang buka," jelasnya.
Hal lain diungkapkan oleh Arief, seorang Mahasiswa MBBS (kedokteran umum) dari Sidoarjo Jawa Timur yang terisolasi di Jingzhou, Xiangyang.
Ia mengatakan saat ini masyarakat di daerahnya kekurangan masker.
Kondisi tersebut mengakibatkan harga masker naik.
"Kami kekurangan masker, harga masker sudah mencapai 100 yuan (sekitar Rp 190 Ribu)," terangnya pada Tribunnews.com, Senin (27/1/2020).
Kata Ahli Kesehatan Masyarakat di Hongkong
Dilansir dari Aljazeera, ahli kesehatan masyarakat senior di Hong Kong mengatakan jumlah sebenarnya orang yang terinfeksi Virus Corona baru ini kemungkinan sekitar 25.000 orang, secara signifikan lebih tinggi daripada jumlah kasus yang dikonfirmasi oleh China's NHC.
Gabriel Leung, kepala Fakultas Kedokteran Li Ka Shing di University of Hong Kong menyampaikan dalam konferensi pers bahwa penelitian timnya mengindikasikan bahwa ada kemungkinan sekitar 44.000 kasus pada tahap inkubasi di Wuhan.
Ia menambahkan, tingkat infeksi Virus Corona akan berlipat ganda setiap enam hingga tujuh hari.
"Ini berdasarkan computer modeling, bukan berarti itu akan terjadi tetapi dia mengatakan itu adalah perkiraan, semacam skenario terburuk," kata Adrian Brown dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Hong Kong.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta/Wahyu Gilang Putranto/Garudea Prabawati/Nuryanti) (Kompas.com/Fitria Chusna Farisa)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.