Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Helmy Yahya Sebenarnya Ogah Jadi Dirut TVRI

Helmy Yahya mengaku sebenarnya enggan menjadi pucuk pimpinan di televisi milik negara.

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Cerita Helmy Yahya Sebenarnya Ogah Jadi Dirut TVRI
Seno Tri Sulistiyono/Tribunnews.com
Helmy Yahya hadir di ruang komisi l DPR untuk melakukan rapat dengar pendapat umum. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Helmy Yahya mengaku sebenarnya enggan menjadi pucuk pimpinan di televisi milik negara.

"Apakah saya menyesal (dipecat)? Tentu saja tidak, bagi saya inilah pengalaman hidup yang sangat mahal," ujar Helmy saat rapat dengar pendapat umum dengan Komisi l DPR, Jakarta, Selasa (28/1/2020).

Helmi menjelaskan, pada dua setengah tahun yang lalu, dirinya berdiskusi dengan kakaknya Tantowi Yahya bahwa kondisi TVRI sangat berat dan sulit dibenahi menjadi lebih baik.

"Saya ikutin dia (Tantowi), tapi ada godaan lebih besar, seseorang datang ke saya," ucap Helmy.

Baca: Bunga Bakung dan Bunga Aster Sambut Helmy Yahya di DPR RI

Seseorang tersebut, kata Helmy, menyebut diri saya menjadi besar dan kesejahteraan selama ini didapat dari dunia televisi, bahkan TVRI pernah menjadi tempat belajar.

"Iya saya belajar 10 tahun di TVRI, dia bilang tidak terpikir kamu untuk kembangi dan kembali ke dunia televisi, terurama TVRI," ujar Helmy.

"Saya berunding dengan istri saya dan saya lanjutkan mengikuti menjadi direktur utama dan alhamdulimah saya terpilih pada 29 November 2017," sambung Helmy.

BERITA REKOMENDASI

Setelah masuk ke TVRI dengan posisi sebagai direktur utama, Helmy mengaku kaget dan benar apa yang dikatakan kakanya Tantowi Yahya, bahwa kondisi televisi negara tersebut sangat memprihatinkan.

Baca: Direksi TVRI Terheran-heran Helmy Yahya Dicopot dari Kursi Dirut karena Liga Inggris

"Beberapa tahun yang lalu, usia SDM tidak ideal, 4.800 karyawan kami 72 persen usianya non milenial atau kolonial, di atas 40 tahun. Tentu ini tidak ideal untuk media, sebuah lembaga yang bergerak dalam industri kreatif," tutur Helmy.

Kemudian rating dan share TVRI, kata Helmy, pada urutan paling akhir yaitu 15 dan logonya kata orang sangat jadul, bahkan anggaran maupun remunisasinya sangat kecil.

"Tukin (tunjangan kinerja) belum turun, bagaimana memotivasi orang untuk bekerja dengan kondisi seperti itu. Anggaran di bawah RRI, di bawah Rp 1 triliun," ujarnya.

Baca: Politikus PDIP: Menkominfo Harus Turun Tangan Atasi Kisruh TVRI, Jangan Pura-pura

Melihat kondisi tersebut, Helmi dan direksi berjalan secara kompak dan penuh integritas dengan langsung turun ke bawah untuk memberikan contoh membangun TVRI.


Helmy mengaku melakukan reformasi birokrasi di internal TVRI dalam mengejar tunjangan kinerja karena TVRI menjadi satu-satunya lembaga yang karyawannya belum menerima tukin.

"Kemarin ada kabar gembira 30 Desember 2019 sudah ditandatangani Peraturan Pemerintah soal tukin, setelah kami kejar hampir dua tahun," kata Helmy.

Selain itu, Helmy juga menertibkan keuangan TVRI, di mana semua transaksi hanya boleh dilakukan non tunai atau sistem cashless.

Baca: Direksi Ungkap Sejumlah Persoalan Keretakan Hubungan Dewas dan Helmy Yahya

"Ini kami lakukan dan alhamdulilah tahun 2018 laporan keuangan kami sudah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk pertama kalinya," ucap Helmy.

Helmy Yahya terpilih menjadi Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik TVRI periode 2017-2022.

Presenter televisi ini dipilih berdasarkan hasil sidang Dewan Pengawas LPP TVRI pada 24 November 2017 setelah menjalani uji kepatutan dan kelayakan.

Namun, pada 17 Januari 2019, Helmy dipecat bersadarkan keputusan dewan pengawas LPP TVRI.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas