Presiden Jokowi Dorong BUMN Berperan Lebih Besar Dalam Mendukung Inovasi Anak Bangsa
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong BUMN turut berperan dalam pengembangan riset dan inovasi yang dilakukan anak-anak bangsa.
Editor: Adi Suhendi
Baca: Megawati Ulang Tahun ke-73, Gibran Tulis Ucapan Selamat Lewat Instagram
"Karena saya belajar tentang katalis, diminta mencari katalis yang cocok untuk proses tersebut. Kami lakukan dan memang kami sangat gembira waktu itu. Senior-senior kami juga beberapa bilang reaksi itu menghasilkan cairan yang kadang-kadang baunya seperti solar, tergantung pada kondisi operasinya," tuturnya.
"Maksudnya, kalau temperatur tinggi hasilnya gas, bisa jadi elpiji. Kalau temperatur lebih rendah, nanti diperoleh bensin. Lebih rendah lagi kerosene. Kerosene itu bahan baku avtur. Lebih rendah lagi bisa solar," tambahnya.
Namun, untuk melakukan riset di bidang tersebut ternyata tidak mudah karena membutuhkan dukungan industri dan dana yang besar.
Subagjo dan timnya terpaksa harus menghentikan riset mereka saat itu karena kesulitan menemukan mitra industri.
"Padahal kami punya (resep) katalis yang baik untuk proses tersebut," ucapnya.
Baru kemudian sekitar tahun 2000 riset tersebut dapat diteruskan kembali setelah menjalin kerja sama dengan Pertamina untuk mengembangkan katalis yang digunakan di BUMN tersebut.
"Sebentar, ini urusan dengan Pertamina ini. Pernah enggak dibantu dalam rangka katalis tadi dari Pertamina?" tanya Presiden begitu mendengar nama Pertamina disebut.
"Dibantu, Pak. Kami sangat terbantu banyak dan ada alat yang harganya Rp 8 miliar, itu ada di laboratorium kami atas bantuan Pertamina," jawabnya.
Jumlah yang disebutkan tersebut dinilai terlalu kecil oleh Presiden.
Apalagi mengingat keuntungan Pertamina yang jauh lebih besar dan subjek riset yang tergolong sebuah penemuan besar yang dapat memajukan perekonomian negara.
Subagjo kemudian mengatakan bahwa bantuan terakhir yang diterima oleh timnya dari Pertamina sebesar Rp 46 miliar.
Namun, itu pun dinilai Presiden masih belum cukup.
"Rp 46 miliar? Tapi kecil juga, karena dana sawit kita sekarang mungkin sudah mendekati Rp 30 triliun. Untuk apa ini hanya disimpan saja? Saya sudah perintahkan ke menteri saat itu untuk diperbanyak bantuan ke ITB urusan katalis ini," kata Presiden.
Subagjo menyatakan, untuk mendukung dan melanjutkan risetnya, diperlukan pabrik katalis yang dibangun di dalam negeri.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.