Alfi Rian Terpaksa Jalan Kaki 7 Menit Berbelanja Makanan untuk Stok Seminggu
Akibat mewabahnya virus corona yang sudah merenggut 170 nyawa itu, Rian dan rekan-rekannya kini tidak bisa ke luar dari Wuhan.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sejak mewabahnya virus corona, Kota Wuhan seolah berubah menjadi kota mati. Status lock down yang diberlakukan di kota tersebut, membuat aktivitas warga tak berjalan sebagaimana biasanya.
Pertokoan tutup, transportasi umum juga berhenti beroperasi.
Alfi Rian Tamara, mahasiswa asal Aceh yang saat ini menempuh pendidikan di Program Magister Jurusan Education of Science, Wuhan University of Technology, adalah saksi mata perubahan kota Wuhan tersebut.
Rian adalah satu dari 12 mahasiswa Indonesia yang masih berada di Wuhan, kota yang diduga pertama kali terdeteksi virus corona atau yang secara resmi dinamakan 2019-nCoV.
Akibat mewabahnya virus corona yang sudah merenggut 170 nyawa itu, Rian dan rekan-rekannya kini tidak bisa ke luar dari Wuhan.
Pemerintah China telah mengisolasi ibu kota Provinsi Hubei itu. Tak ada yang bisa ke luar dari kota tersebut. Warga Wuhan juga diimbau untuk tak ke luar rumah.
Namun meski ada imbauan untuk tak berkeliaran di luar, Rian terpaksa tak mematuhi imbauan itu.
Di tengah ancaman wabah virus corona, ia tetap keluar dari asrama kampus Central China Normal University (CCNU) karena ia harus membeli bahan makanan untuk kebutuhannya sehari-hari.
Untuk membeli makanan, Rian mengaku harus berjalan kaki sekitar tujuh menit dari asramanya menuju toko yang masih buka dan berjualan makanan.
Baca: Menlu Retno: Ini Bukan Perkara Mudah, Tapi Kewajiban Kita Melindungi WNI di Seluruh Dunia
Baca: DPR Wacanakan Jemput WNI dari Wuhan, Lalu Titipkan Mereka ke Negara Lain
"Saya berbelanja di toko yang bersebelahan dengan kampus. Namun bukan supermarket, hanya toko biasa. Jaraknya sekitar 7 menit jalan kaki," ujar Rian ketika dihubungi Tribun, Kamis (30/1/2020).
Di toko itu Rian biasa membeli sayur mayur, rempah-rempah, roti, telur, beras, hingga buah-buahan.
Selain karena hanya toko tersebut yang buka di sekitar kawasannya tinggal, ia menegaskan belanja di sana karena bahan makanan didatangkan dari luar Kota Wuhan.
Banyaknya toko yang tutup membuat harga bahan makanan, terutama sayuran dan buah-buahan di Wuhan kini menjadi sangat mahal. Harganya naik empat kali lipat.
"Biasanya per kilogram (kg) bawang putih kita dapat membeli dengan harga 5 yuan atau sekitar Rp 10.000, saat ini menjadi 20 yuan per kg atau sekitar Rp 40.000," kata dia.
Pria yang mengenyam pendidikan S-1 di Universitas Syiah Kuala Aceh itu juga mengaku terpaksa berbelanja untuk stok seminggu.
Baca: 18 Negara Terinfeksi Virus Corona, Korban Meninggal Capai 212 Jiwa, WHO Umumkan Status Darurat Dunia
Baca: UPDATE Pasien Virus Corona hingga Jumat (31/1/2020) Pagi: 9815 Terinfeksi, 213 Orang Meninggal Dunia
Biasanya empat hari jelang habisnya stok di asramanya, Rian akan kembali membeli bahan makanan.
"Mungkin sekitar empat hari lagi kami (mahasiswa) akan belanja kembali untuk memenuhi stok seminggu ke depan. Menjaga pasokan makanan kami," jelasnya.
Ketakutan akan virus corona tentu terlintas dalam pikiran Rian. Namun, ia berusaha menjaga diri agar tak tertular virus tersebut dengan melengkapi dirinya menggunakan masker serta sarung tangan.
"Sebenarnya takut juga untuk keluar berbelanja, (karena bisa) tertular virus. Namun kami memakai masker dan sarung tangan, karena virus itu menular melalui sistem pernafasan dan sentuhan langsung orang-orang yang terpapar virus," kata Rian.
"Jadi kami menghindari tempat ramai dan alhamdulillah setiap belanja tidak saat ramai atau banyak orang lain. Tidak bercampur dengan orang-orang lainnya," katanya.
Tak hanya kelangkaan serta menipisnya stok makanan, warga di Kota Wuhan juga mengalami krisis masker di pasaran.
Hal itu dikarenakan masker dianggap sebagai upaya mencegah penularan dan penyebaran virus secara langsung sehingga masyarakat berebutan untuk membeli serta memilikinya.
"Harganya lebih mahal dan sekarang di pasaran persediaan masker dan orang pada berebutan semua. Kita sangat kesulitan untuk masker, jadi kesempatan kita untuk bisa ke luar (asrama) itu semakin sedikit karena pasokan masker semakin sedikit, jadinya kita tidak berani ke luar."
Baca: Mahasiswa Indonesia: Kesimpulan Sementara Virus Berasal dari Kebiasaan Orang Wuhan Makan Ular
Baca: Peneliti China Ungkap Laki-laki Lebih Rentan Terhadap Virus Corona Daripada Perempuan
Mengenai kondisinya di Wuhan, Rian memastikan ia beserta mahasiswa Aceh lainnya hingga kini dalam kondisi baik-baik saja.
"Kami di sini Alhamdulillah sampai sekarang masih bertahan dan baik-baik saja. Insyaallah belum ada mahasiswa Indonesia, mahasiswa Aceh yang terinveksi virus. Karena kami selalu melakukan pemantauan untuk seluruh tubuh juga belum ada yang terkena demam, batuk yang hebat," ujarnya.(tribun network/vin/dod)