Kasus Perampokan & Penyekapan di Medan Tiada Kejelasan Sejak November 2019, Korban Menanti Keadilan
Kasus perampokan dan penyekapan di Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, November 2019 lalu tidak ada kejelasan sejak dilaporkan ke pihak kepolisian.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Kasus perampokan dan penyekapan di Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, tidak ada kejelasan sejak dilaporkan ke pihak kepolisian.
Kejadian tersebut menimpa perempuan berinisial DS (23) pada 22 November 2019 silam.
Desakan penuntasan kasus tersebut viral di media sosial Twitter setelah akun @just_iyah membagikan ketidakjelasan kasus tersebut beserta kronologi lengkapnya.
Pengunggah tersebut bernama Mahdiyyah, teman dekat korban.
Saat dihubungi Tribunnews, Mahdiyyah mengungkapkan kasus tersebut sudah dilaporkan kepada Kepolisian Sektor Medan Sunggal di hari yang sama.
"Tindakan yang sudah dilakukan laporan ke polisi di tanggal 22 November 2019," ujar Mahdiyyah kepada Tribunnews melalui pesan tertulis, Rabu (30/1/2020).
Bahkan, barang bukti sudah dikumpulkan.
Baca: Polisi di Medan Lompat dari Fly Over, Sempat Menatap Langit dan Senyum ke Petugas Kebersihan
"Bersama polisi sudah cek TKP dan mengumpulkan barang bukti termasuk CCTV," ungkapnya.
Namun setelah itu, tidak ada lagi kabar mengenai perkembangan kasus tersebut.
Pihak pelapor sudah beberapa kali meminta keterangan kepada kepolisian.
"Sudah beberapa kali (minta keterangan), langsung ke sana dan via telepon tapi jawabannya ya masih dicari," ujarnya.
"Kalau ga ditanya ga ada laporan perkembangan kasus," imbuhnya.
Baca Juga: Capek Tagih Utang, Pria di Manado Sumbang Amplop Kosong sebagai Pengganti Kado di Nikahan Teman
Kronologi Kejadian
Mahdiyyah pun membagikan kronologi perampokan dan penyekapan yang terjadi.
Kejadian tersebut terjadi pada Jumat, 22 November 2019 sekria pukul 16.00 WIB di kompleks korban.
"Ada 2 orang lelaki datang ke rumah dia minta sumbangan mengatasnamakan masjid," ungkap Mahdiyyah.
Atas dasar kesopanan, korban menjawab dengan sedikit membuka pintu rumah dan menyampaikan pada siang hari sudah ada yang datang meminta sumbangan.
"Pas dzuhur tapi hanya satu orang," ujar Mahdiyyah.
Salah satu dari mereka pun bertanya apakah orangtua ada di rumah.
Belum tuntas korban menjawab, dua laki-laki tersebut langsung merangsak ke dalam rumah dan mendorong korban ke balik pintu sambil membekap mulut korban kuat menggunakan kain yang sangat bau dan kotor.
"Karena kain tidak mengandung obat bius, korban sadar seratus persen," ungkap Mahdiyyah.
Kemudian, lakban hitam yang masih terbungkus plastik dibuka.
Setengah muka korban dilakban hingga sesak nafas dan kedua tangan kebelakang.
Kemudian korban mengaku mendengar satu orang lagi yang baru datang dan mengunci pintu rumah.
"Mereka menggeledah seluruh rumah lalu memaksa untuk menujukkan dimana letak emas dan uang disimpan sambil menodongkan gunting," ungkapnya.
Namun, tiba-tiba datang kurir pengiriman paket.
Korban lantas diseret ke lantai dua.
"Salah satu dari mereka menerima paket itu," ungkap Mahdiyyah.
Korban mencoba memberikan perlawanan semampunya.
Tapi justru nyaris dipukul menggunakan besi dan diseret ke dalam kamar mandi.
"Kemudian pelecehan dilakukan oleh salah satu pelaku sementara dua pelaku lain masih menggeledah di lantai satu," ungkap Mahdiyyah.
"Entah sudah tidak dapat apa-apa lagi mereka memanggil yang di lantai dua dan kabur dengan-dua motor," ungkapnya.
Mendengar suara motor sudah menjauh dia langsung lari turun dan keluar meminta pertolongan dengan tangan masih terikat lakban.
Baca: Jadwal Salat Kamis 30 Januari 2020: Mulai dari DKI Jakarta, Surabaya, hingga Medan
"Yang pertama kali ditemuinya adalah orang yang terlihat sedang istirahat di mobil dan mereka segera mengejar komplotan penjahat itu," tulis Mahdiyyah.
Karena mengejar menggunakan mobil, pelaku tidak bisa terkejar.
Pengejar pun akhirnya putar balik untuk menghubungi keluarga dan lapor polisi.
"Sementara satpam komplek melihat orang bonceng tiga masuk tidak curiga dan keluar dengan dua motor hanya di ‘hoi-hoi’ in sampai ke pinggir jalan," terangnya.
Setelah melapor ke pihak kepolisian, cek TKP, dan pengumpulan barang bukti, kasus tersebut belum ada perkembangan.
Korban Alami Trauma
Dari cerita Mahdiyyah, korban yang memiliki riwayat penyakit jantung keesokan harinya langsung drop.
"Dirawat sampai seminggu. Rahangnya tidak nyaman, trauma berat sama siapapun yang datang kerumah," ujarnya.
Mahdiyyah mengungkapkan bahkan saat mandi, korban masih terbayang kejadian tersebut.
*) Hingga berita ini diturunkan, Tribunnews tengah menunggu konfirmasi dari pihak kepolisian setempat.
(Tribunnews.com/Wahyu GP)