Menteri Agama Ingin di Aceh Ada Bioskop Lagi, Bila Perlu Pisah Tempat Duduk Laki-laki dan Perempuan
Menteri Agama Fachrul Razi berharap agar bioskop diizinkan beroperasi kembali di Aceh.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Sanusi
Mereka sadar betul akan keterbukaan ini akan menguntungkan.
Di sudut-sudut kota, dipasang tulisan "tollerance"/toleransi.
Mereka welcome sekali, terhadap turis misalnya, termasuk dari Jepang, Tiongkok dan Eropa serta barat.
Kebiasaan berbusana pun mulai berubah.
Betul masih kita temui ada perempuan berjilbab dan masih ada yang bercadar.
Tapi banyak juga wanita yang tidak pakai hijab.
Dalam konteks Aceh, saya setuju bahwa agama harus dipegang teguh di Aceh.
Namun menutup diri sepenunya juga tidak baik. Lihat seperti dunia Arab yang mulai terbuka tadi.
Sebab kalau tertutup sekali, sulit menerapkan Islam Rahmatan lil alamin.
"Mengapa perlu Bioskop, sebab tontoan film itu menambah pengetahuan dan wawasan. Di Arab pun, bioskop sudah ada. Dan menonton, seperti bioskop umumnya. Campur tempat duduk laki-laki dan perempuan," ujar Fachrurazi.
Untuk di Aceh, karena masih memegang teguh syariah, ya silakan tetap bersyariah.
Di bioskop misalnya, kalau perlu, bikin sekat, kursi-kursi untuk perempuan dan laki-laki terpisah.
Itu konteks mengembangkan agama yang menjaga kemajemukan, toleransi antarumat beragama dan persatuan-kesatuan Indonesia. (*)