Inilah Drone MALE Elang Hitam Buatan Indonesia yang Siap Mengawasi Natuna dari Udara
Bangsa Indonesia boleh berbangga karena tak lama lagi akan menghasilkan karya teknologi unggulan, Pesawat Udara Nir Awak (PUNA)
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Bangsa Indonesia boleh berbangga karena tak lama lagi akan menghasilkan karya teknologi unggulan, Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) Elang Hitam.
Pesawat drone bernama elang hitam (black eagle) itu memiliki dimensi 8,3 meter, tinggi 2,6 meter, dengan bentang sayap 16 meter. Targetnya, berpatroli di Natuna, Kepulauan Riau pada 2021.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan, pembangunan Elang Hitam sebagai pesawat tanpa awak dengan kemampuan kombatan akan dikebut.
Selain berpatroli di Natuna, drone yang dibekali dengan 4-stroke engine berkekuatan 110-150 tenaga kuda dan dilengkapi dua buah baling-baling.
Spesifikasi lainnya memiliki kecepatan terbang maksimum 235 km per jam tersebut, akan terbang mengintai di kawasan pulau terluar, terdepan dan tertinggal.
Menurut Muhammad Nainar, selaku Project Manager PTTA MALE PT Dirgantara Indonesia, pesawat nir awak ini memang dirancang untuk melaksanakan berbagai kepentingan misi Intellegence, Survillance, dan Reconnaissance (ISR) di seluruh wilayah teritori Indonesia.
Tentu saja, drone mempunyai kepentingan demi menjaga kedaulatan negara dari penyusupan pihak asing seperti yang sering terjadi di kawasan Natuna akhir-akhir ini.
"Dalam pengembangannya, tujuan di produksinya PTTA MALE ini, sebenarnya untuk menjalankan misi ISR".
"Namun karena potensi kebutuhan dalam meningkatkan kekuatan alusista TNI AU maka tahun 2022-2024 nanti kami akan mulai mengembangkan perlengkapan persenjataan untuk mengakomodir kebutuhan kombatan," ujar Nainar saat ditemui Tribun Jabar, di Kantor PT. DI, Kamis (30/1/2020).
Dalam rapat terbatas membahas hilirisasi Industri bersama sejumlah kementerian dan Lembaga di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis, (6/2/2020), Presiden Jokowi menyinggung soal kemampuan Industri Nasional dalam membuat inovasi produk-produk unggulan, mulai dari drone, konversi CPO, teknologi kapal plat datar, serta teknologi stem cell ortopedi.
Jokowi menekankan, pengembangan produk produk tersebut tidak bisa berdiri sendiri, harus mendapatkan dukungan pendanaan riset yang memadai.
"Sehingga tidak setengah setengah. Tapi ini membutuhkan bukan hanya konsolidasi anggaran riset yang bersumber dari APBN, tetapi juga perlu dorongan pendanaan riset dari BUMN dan sektor swasta," ujar Presiden.
Bukan untuk Membunuh Jenderal
Menurut Muhammad Nainar, yang menjadi latar delakang diproduksinya pesawat pengintai tanpa awak ini sejak pada tahun 2015-2016 lalu.