Tujuh Warga Natuna Pindah Domisili
Pemberian kartu perdana itu kata Pangkogab untuk mengurangi kejenuhan para WNI, tentunya membantu para WNI agar dapat berkomunikasi
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kehadiran ratusan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Kota Wuhan, Hubei, Cina yang menjalani masa karantina di Hanggar Lanud Raden Sajad, Ranai sempat menghebohkan warga setempat.
Bagaimana tidak, ketakutan mereka atas aktivitas para WNI yang diduga terindikasi suspect virus corona itu terus menjadi.
Akibatnya banyak warga Natuna yang dikabarkan pergi meninggalkan pulau kampung halaman. Sebelumnya berdasarkan data PT Pelni wilayah kerja Ranai, ada sebanyak 675 warga Natuna yang berangkat menggunakan Kapal KM Bukit Raya, Senin lalu.
Baca: Rumor Pemulangan 600 WNI Eks ISIS yang 47 di Antaranya Berstatus Tahanan, PKB: Harus Diarahkan Dulu
Dikabarkan mereka pergi meninggalkan pulau lantaran ratusan WNI di ovservasi tidak jauh dari tempat mereka tinggal.
Baca: Siswi SMP Tewas di Gorong-gorong, Polisi Periksa 9 Saksi Termasuk Ayah Korban
Berdasarkan data yang dihimpun Tribun dari Dinas Kepundudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Natuna, jumlah pengungsi itu tidak sebanding dengan jumlah yang mengajukan perpindahan penduduk di Natuna.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Natuna, Ilham Kauli bahwa sejauh ini hanya ada beberapa warga Natuna yang mengajukan pindah domisili.
Baca: Kabar Terbaru Heboh Andre Rosiade Gerebek PSK di Padang, Ombudsman Lihat Sejumlah Indikasi
"Sejak kedatangan ratusan WNI yang membuat warga heboh, ada sebanyak tujuh orang yang mengajukan surat pindah," ujarnya, Rabu(5/2/2020) kemarin.
Tercatat pada tanggal 3 Januari pindah Kabupaten sebanyak 1 orang dan pindah kecamatan 2 orang. Sementara tanggal 4 Januari pindah kecamatan ada sebanyak 2 orang dan pindah kabupaten ada 1 orang. Sementara pagi ini sudah ada 1 orang lagi yang mengajukan, ungkapnya.
Apakah akan banyak yang pindah atau tidak nantinya, kata Ilham dia belum dapat memastikan hal tersebut, tapi yang pasti ada warga yang pindah.
Sementara itu aktivitas warga di Kecamatan Ranai, Natuna kembali normal usai dihebohkan oleh ratusan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan yang menjalani masa karantina di Hanggar Lanud Raden Sajad, Ranai.
Baca: Tes Kepribadian : Ketahui Keadaan Emosionalmu Sebenarnya dari Gaun yang Kamu Pilih
Sebelumnya warga masyarakat Natuna dihantui dengan keberadaan ratusan WNI yang tinggal tidak jauh dari permukiman warga. Mereka melakukan aksi demonstrasi penolakan dan bahkan berduyun-duyun meninggalkan kota Ranai. Namun memasuki hari keempat, pantauan Tribun di permukiman ibukota Natuna, Ranai itu aktivitas warga sudah kembali berjalan normal.
Suasana pasar dan pertokoan hingga perkantoran berjalan seperti biasa. "Hari pertama itu iya heboh sih, takut juga jika kena virus. Cuman kan kalau gara-gara itu saya gak kerja gimana nanti buat makan anak," ujar seorang warga Ranai, Samsudi.
Kata Samsudi sejak Natuna dihebohkan oleh kedatangan ratusan WNI, ia terus melakukan aktivitas seperti biasa. Selain Samsudi, aktivitas warga lainnya seperti tokoh dan nelayan sudah berjalan seperti biasa.
Kontak Keluarga
Sebanyak 238 Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjalani masa karantina di Hanggar Lanud Raden Sajad kini diberi akses komunikasi agar dapat terhubung ke jaringan seluler Indonesia.
"Sudah, sudah diberi kartu perdananya. Jadi mereka sudah bisa menghubungi keluarganya, dan bahkan pacarnya," ujar Pangkogabwilhan I Laksda TNI Yudo Margono.
Baca: Petani di Kota Baro Ditangkap Usai Cabuli Bocah Berusia 10 Tahun Teman Main Anaknya
Kata Pangkogab, ratusan WNI itu kini sudah dapat menggunakan selulernya. "Kemarin sore ratusan WNI sudah kita bagikan kartu perdananya. Pembagian kartu itu disupport oleh seorang pengusaha," ujarnya.
"Jadi adanya informasi mereka dilarang menggunakan gadget itu tidak benar, mereka tetap diberi akses penggunan handphone (hp) hanya saja mereka belum mendapat jaringan Indonesia. Jadi sebelum dibawa ke Indonesia kartu yang mereka gunakan belum diganti masih menggunakan kartu di Cina," kata Yudo.
Pemberian kartu perdana itu kata Pangkogab untuk mengurangi kejenuhan para WNI, tentunya membantu para WNI agar dapat berkomunikasi dengan keluarganya.
Selain itu, ratusan WNI juga menjalani berbagi aktivitas seperti berolahraga, ibadah hingga bermain sesama mereka. Kegiatan mereka itu sudah terjadwal, pagi hari ibadah, habis ibadah olahraga lalu mandi kemudian makan.
Setelah itu mereka bermain bercerita bersama dan berkonsultasi dengan tim medis. Dan sore hari juga demikian, intinya kesehatannya selalu kita upayakan kata Pangkogab. (Tribun Network/fel/blt/wly)