Mantan Napiter Sofyan Trauri tak Setuju eks ISIS Dipulangkan: Nanti jadi Penyakit
"Si Rullie dan Ulfah itu akhirnya bom bunuh diri di Filipina. Bom bunuh diri di Surabaya juga orang-orang yang tidak sempat berangkat
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Mantan narapidana kasus terorisme Sofyan Tsauri mengatakan pemerintah jangan gegabah dengan mengembalikan 600 WNI eksISIS kembali ke Indonesia. Ia dengan tegas menyatakan tidak setuju wacana tersebut.
"Nanti bawa paham baru lagi. Jadi penyakit di sini. Nanti bahaya. Saya tidak setuju, walaupun saya mantan teroris ya. Tidak usah balik lah, nanti jadi masalah baru," kata Sofyan saat diwawancarai khusus.
Baca: Kisah Kakek Berusia 74 Tahun Jalani Khitan, ke Klinik Diantar Anak, Istri dan Cucu
Sofyan menyontohkan kasus Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh, yang merupakan pelaku bom bunuh diri di Filipina. Keduanya, warga negara Indonesia yang di deportasi dari Turki. Kemudian, melancarkan aksinya di Filipina.
Baca: Dokter yang Pertama Keluarkan Peringatan Virus Corona Meninggal setelah Dinyatakan Positif Tertular
"Si Rullie dan Ulfah itu akhirnya bom bunuh diri di Filipina. Bom bunuh diri di Surabaya juga orang-orang yang tidak sempat berangkat ke Suriah," ujar Sofyan.
Sofyan mengingatkan perlunya penanganan ekstra terhadap 600 WNI eks-ISIS. Terutama lebih dulu mengisolasi mereka di pulau tertentu seperti di Pulau Buru atau Nusakambangan.
"Taruh dulu di Pulau Buru atau Nusakambangan, sama kayak Natuna, observasi dulu dan dia harus lulus dulu, re-edukasi dulu dikasih pembekalan-pembelalan," ucap Sofyan.
Baca: PayConfirm Besutan Airome Janjikan Keamanan Transaksi Perbankan
Menurut Sofyan, perlu dilakukan identifikasi ulang terhadap 600 WNI eksISIS. Kemudian, diukur tingkat radikalisasi, baru setelah itu yang memenuhi kriteria tidak mengancam keamanan boleh masuk."Jadi perlu di screening ulang, yang memenuhi kriteria bisa masuk, jangan semua asal masuk," ujar Sofyan
BNPT Pelajari Pengalaman Jerman dan Australia
Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius mengatakan sudah menerima informasi kalau ada sekitar 600 lebih FTF Indonesia yang ada di Suriah. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. "Saat ini hal itu masih dibahas di Kemenko Polhukam bersama Kementerian dan Lembaga terkait lainnya untuk langkah tindak lanjut ke depannya," kata Suhardi.
Disampaikan Suhardi saat menjadi pembicara dalam acara "Regional Expert Meeting on Comprehensive and Tailored Strategies for the Prosecution, Rehabilitation, and Reintegration of Persons Allegedly Associated with Terrorists Groups" di The Grove Suite, Jakarta.
Baca: Demam Panggung Salshabilla Adriani Terobati Saat Lihat Penonton
Dia berharap acara ini menjadi salah satu peluang bagi Indonesia untuk saling bertukar informasi dan bisa memberikan solusi bagi masing-masing negara lainnya.
Suhardi mengatakan Indonesia sebenarnya telah memiliki mekanisme screening untuk FTF yang akan masuk ke Indonesia tersebut. Dia mengatakan salah satu yang dibahas terkait pemulangan WNI eks ISIS ini ialah telah berlakunya UU Antiterorisme yang baru.
Baca: Kisah Kakek Berusia 74 Tahun Jalani Khitan, ke Klinik Diantar Anak, Istri dan Cucu
"Contohnya seperti yang sudah kita pulangkan tahun 2017 dulu, sebelum adanya UU terorisme yang baru. Ketika kembali, mereka diikutkan program deradikalisasi dan ada juga yang diproses untuk masuk sel. Nah ke depan kita lihat bagaimana dengan adanya UU terorisme baru ini. Itu yang sedang kita diskusikan saat ini," ujarnya.
Suhardi mengatakan saat ini sudah ada beberapa negara yang telah memulangkan warganya dari Suriah. Dan hal ini tentu bisa menjadi bahan pelajaran bagi Indonesia sebelum keluarnya keputusan itu.