Tim Advokasi Sayangkan Rekonstruksi Kasus Novel Dilakukan Tertutup
Tim Advokasi Novel Baswedan menyayangkan proses rekonstruksi yang digelar polisi dilakukan secara tertutup.
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Advokasi Novel Baswedan menyayangkan proses rekonstruksi yang digelar polisi dilakukan secara tertutup.
Diketahui Kamis (7/2/2020) kemarin, Polda Metro Jaya menggelar rekonstruksi kasus penyiraman air keras terhadap salah satu penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.
Pahadal menurut Anggota Tim Advokasi Novel Baswedan, Saor Siagian, rekonstruksi haruslah terbuka agar masyarakat tak perlu merasa curiga.
"Padahal hak publik mendapat info yang jelas dan akurat. Mereka harus tahu," ujar Saor kepada Tribunnews.com, Sabtu (8/2/2020).
Baca: Novel Baswedan Menolak Ikut Rekonstruksi karena Mata Kanannya Tak Tahan Melihat Cahaya
Selain masyarakat yang kena steril pihak kepolisian, awak media yang hendak meliput juga tak diperbolehkan.
Masyarakat dan jurnalis diharuskan mundur sejauh 250-300 meter dari lokasi digelarnya rekonstruksi.
Saor khawatir kerja jurnalis terhalangi oleh sikap polisi yang menutupi rekonstruksi.
Apalagi, tegasnya, masyarakat luas harus tahu fakta rekonstruksi dari pemberitaan di media massa.
"Kita pelototi dan kita kawal. Aku kampanye sekarang, penegak hukum itu adalah jurnalis. Peran pers yang punya kepemimpinan yang kuat dan berani, sangat mempengaruhi kebebasan pers dan tegaknya hukum," kata Saor.
Kasus penyiraman terhadap penyidik sejior KPK itu terjadi pada 11 April 2017.
Saat itu, Novel disiram air keras di dekat rumahnya setelah menunaikan salat subuh di masjid.
Polisi menetapkan dua personel polisi aktif sebagai tersangka penyerangan Novel Baswedan.
Mereka adalah Ronny Bugis dan Rahmat Kadir Mahulette.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.