Kekhawatiran Jokowi Bila WNI Eks ISIS Dipulangkan ke Indonesia
Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan mengapresiasi niat pemerintah terkait rencana pemulangan anak-anak yang orang tuanya eks ISIS
Editor: Hendra Gunawan
Menurutnya, hal ini langkah bagus daripada tidak dipulangkan sama sekali. Meski begitu, ia mengingatkan seleksi ketat juga harus dilakukan.
"Walaupun dia masih anak anak, tapi bila mempunya pemikiran radikalisme dan tidak mengakui Pancasila menurutnya tidak perlu di pulangkan," kata Ken.
Baca: Ahmad Michdan: Tak Tepat Jika Pemerintah Jokowi Tolak Pulangkan WNI Eks ISIS
Baca: Sikap Tegas Jokowi Terkait WNI Eks ISIS, Presiden Sebut akan Ada Proses Pencekalan
Baca: Pengamat: Tak Ada Urgensinya Pemerintah Tolak Pemulangan Eks ISIS ke Tanah Air
"Artinya jika anak-anak pernah terlibat latihan senjata atau mendapat paparan ISIS. Apalagi pernah menjadi eksekutor pembunuhan bersama ISIS maka tak akan dipulangkan," ia menegaskan.
Di perhatikan juga, lanjutnya apakah anak tersebut masih bersama orang tuanya atau hidup seorang diri disana karena orang tuanya telah meninggal bersama ISIS.
"Ya lihat aja apakah ada orang tuanya atau yatim piatu. Jangan sampai ketika kembali ke tanah air menjadi masalah baru di Indonesia," Ken mengingatkan.
Pemerintah Rusia Berbeda
Sikap pemerintah Indonesia berbeda dengan Rusia. Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengungkap, pemerintahnya membuka pintu warganya yang pernah menjadi kombatan ISIS.
Namun, yang akan diterima hanya anak-anak di bawah usia 18 tahun. Alasan menerima anak-anak eks ISIS didasari oleh aspek kemanusiaan.
“Ada aspek kemanusiaan sehingga kami merepatriasi anak-anak," ujar Vorobieva.
Vorobieva mengatakan pemerintah Rusia setidaknya telah memulangkan 200-an anak-anak dan remaja eks ISIS sejak 2019 lalu. Mereka yang dipulangkan berusia di bawah 18 tahun.
Menurut Vorobieva, kemungkinan anak-anak di kategori usia tersebut untuk terpapar radikalisme sangat minim. Atas alasan itu pula mereka diterima kembali di Rusia.
“Tidak ada perlakuan khusus bagi anak-anak ini. Jika mereka memiliki keluarga di Rusia, mereka akan dikembalikan. Jika tidak, mereka akan dikirim ke fasilitas lain, panti asuhan misalnya,” kata Vorobieva.
"Anak-anak bisa diedukasi. Ini merupakan tugas keluarga, dan pemerintah juga untuk membuat mereka bahagia. Ini masalah serius,” ujar Vorobieva. (tribun network/fik/kmpr)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.