Mahfud MD Tegaskan Agama Bukan Musuh Besar Pancasila, Begini Penjelasannya
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD menegaskan bahwa agama bukan musuh besar Pancasila, berikut merupakan penjelasannya
Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRINBUNNEWS.COM - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD angkat bicara perihal pernyataan Kepala BPIP, Yudian Wahyudi yang menjadi kontroversi.
Diberitakan sebelumnya, Yudian sempat menyebut bahwa agama adalah musuh besar Pancasila.
Menanggapi hal tersebut, Mahfud MD menganggap perkataan Yudian itu sangatlah keliru.
Menko Polhukam ini kemudian menegaskan bahwa agama bukan musuh besar Pancasila.
Justru agama dan Pancasila adalah teman dekat yang saling mengisi.
Pernyataan ini Mahfud MD sampaikan dalam program Indonesia Lawyers Club (ILC) yang Tribunnews lansir dari YouTube Indonesia Lawyers Club, Rabu (19/2/2020).
"Pancasila itu tidak bermusuhan dengan agama," tegas Mahfud MD.
"Karena nilai-nilai pancasila itu bersumber juga dari nilai-nilai keagamaan, yang kemudian di kristalisasikan menjadi ideologi," imbuhnya.
Sehingga nilai-nilai agama itu masuk di dalam pancasila
kemudian, Pancasila melindungi atau memberikan proteksi terhadap penganut agama untuk melaksanakan ajaran agamanya masing-masing.
Lebih lanjut, Mahfud MD kemudian menyinggung soal sejarah lahirnya Pancasila pada era Presiden Soekrano pada akhir 1930-an.
"Untuk itu maka kita lihat bagaimana hubungan antara negara dan agama yang sebenarnya merupakan perdebatan lama ini," kata Mahfud MD.
"Ini bisa dilacak dengan satu di antara episode perkembangan sejarah kita diakhir 1930-an," jelasnya.
Mahfud MD mengatakan, sebelum Indonesia merdeka Soekarno sempat mengusulkan agar Indonesia menjadi negara sekuler total.
"Bung Karno sempat menulis artikel yang mengagetkan, yang isinya itu dia mengusulkan kalau Indonesia kelak merdeka, maka harus memisahkan antara agama dan negara," ungkapnya.
Baca: Hariyono: Korelasi Antara Agama dan Pancasila Sangat Positif Karena Punya Posisi Masing-masing
"Karena kalau dicaampur aduk maka dua-duanya akan mundur, kalau agama ingin maju harus dipisahkan dari negara begitu juga sebaliknya. Itu tulisan bung Karno," imbuhnya.
Pandangannya ini kemudian dibantah oleh Mohammad Natsir dengan tulisan di beberapa artikelnya.
Pada inti tulisannya, Natsir berbeda haluan dengan Bung Karno.
"Kata Natsir, justru kalau negara ingin maju dan demokratis, karena mayoritas penduduk islam, dan islam itu mengatur semua segi kehidupan secara kaffah, maka negara ini harus menjadi negara islam," jelas Mahfud MD.
"Pemikiran yang muncul dari polemik akhir 1930-an ini terus menjadi perdebatan sampai pada 1945 ketika BPUPKI dibentuk, terjadilah perdebatan di sidang sidang BPUPKI pertama sampai Panitia Sembilan," ungkapnya.
Baca: Kepala BPIP Sebut Agama musuh Terbesar Pancasila, NasDem: Itu Pernyataan yang Ngawur
Namun, setelah melalui permusyawarahan tersebut akhirnya melahirkan kesepakatan bahwa Indonesia ini bukan negara agama tetapi juga bukan negara sekuler.
"Kata bung Karno, negara ini bersumber dari nilai-nilai agama, pedoman hidup, ideologi serta konstitusinya, tetapi juga tidak memberlakukan hukum agama," kata Mahfud MD.
Dengan kata lain, Indonesia merupakan negara kebangsaan yang berketuhanan.
"Negara kebangsaan yang berketuhanan negara yang diilhami oleh nilai-nilai agama tetapi tidak memberlakukan hukum agama tertentu tetapi negara melindungi penduduk dan rakyat yang ingin melaksanakan ajaran agamanya masing-masing itulah religius nasional states," jelasnya.
Jadi, menurutnya tidak mungkin Pancasila bermusuhan dengan agama.
Justru Pancasila dan agama teman dekat yang saling mengisi.
Kepala BPIP Sebut Agama Musuh Besar Pancasila
Diberitakan sebelumnya Tribunnews, hal ini bermula dari wawancara Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi dengan salah satu media daring.
Ia memaparkan perjalanan Pancasila sampai kejadian akhir-akhir ini.
Dia mengatakan terdapat kelompok yang mereduksi agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan membuat Ijtima Ulama untuk menentukan calon wakil presiden.
"Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas," ujarnya.
"Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," kata Yudian. (*)
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma/Lusius Genik)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.