Dinkes Temukan Lokasi Menginap Pria Jepang yang Positif Virus Corona Seusai Berlibur di Bali
Dinas Kesehatan Provinsi Bali akhirnya menemukan lokasi menginap warga negara Jepang yang terinfeksi virus corona seusai berlibur di Pulau Dewata.
Editor: Dewi Agustina
Diagnosa menderita flu di sebuah lembaga medis pada tanggal 12 Februari dan kemudian pergi ke sekolah pada hari kerja 13 Februari hingga 19 Februari 2020.
Baca: Survei indEX Research: PDIP Pemenang Pemilu 2024, Capres Terkuat Prabowo-Anies
Baca: Kondisi BCL saat Dikunjungi Baim Wong hingga Maia Estianty Mata Sembab dan Pucat, Fakta Baru
Pada tanggal 13 dan 14 Februari, dia mengawasi sekolah.
Dia meninggalkan rumah sakit pada sore hari tanggal 19 Februari dan dirawat di rumah sakit Kota Chiba.
Pemda Chiba akan menyelidiki apakah infeksi telah menyebar di sekolah menengah pertama tempatnya bekerja.
Korban lain seorang perawat wanita berusia 20-an yang telah terinfeksi di Kota Kumamoto bekerja di Rumah Sakit Rehabilitasi Kumamoto Houmadai di kota itu.
Kolega tidak memiliki tanda-tanda infeksi, dan Pusat Kesehatan Kota menganggap kemungkinan infeksi nosokomial rendah.
Kemudian korban lain, wanita berusia 30 tahun yang dikonfirmasi di Yokohama adalah anak perempuan dari sopir taksi pria berusia 60 tahun yang telah terinfeksi.
Seorang wanita berusia 80-an di Sagamihara adalah istri seorang pria berusia 80-an yang dipastikan terinfeksi pada tanggal 21 Februari.
Pria itu dirawat sementara di Rumah Sakit Pusat Sagamihara (kota), di mana tiga pasien rawat inap ditemukan terinfeksi.
Baca: Bangunan AEON Mall JGC Dituding Sebabkan Banjir, Warga Berdemo, Lempar Pembatas Jalan & Rusak Sarana
Baca: Imbas Corona, Luhut Sebut Industri Pariwisata Rugi Rp 7 Triliun per Bulan
Kini Sakit Parah dan Diinvestigasi
Seorang pria Jepang berusia 60 tahunan terinfeksi virus corona sepulang dari Bali bersama keluarganya. Kini pria tersebut sedang sakit parah dan masih menjalani perawatan di rumah sakit khusus dan karantina di Tokyo.
"Pria tersebut sedang sakit parah, dan tampaknya sulit untuk merespons kepada siapa pun," ungkap sumber Tribunnews.com di Dinas Kesehatan Pemda Tokyo, Selasa (25/2/2020).
Menurutnya, ketika seseorang meninggalkan Jepang, itu tidak akan dipantau oleh Pemerintah Metropolitan Tokyo.
"Saat tiba di Bali, kami juga tidak tahu tentang perilaku orang tersebut saat berada di Indonesia," kata sumber itu.