KPAI Koordinasi dengan Kemendikbud Terkait 77 Siswa Dihukum Makan Kotoran
Sebanyak 77 siswa tersebut dipaksa makan feses atau kotoran manusia oleh 2 pendamping, pada Rabu (19/2/2020) lalu.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tengah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait kasus 77 dari 89 siswa kelas VII Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur ( NTT), disiksa oleh dua orang pendamping siswa.
Sebanyak 77 siswa tersebut dipaksa makan feses atau kotoran manusia oleh 2 pendamping, pada Rabu (19/2/2020) lalu.
Baca: Buntut Kasus Siswa Makan Kotoran Manusia, 2 Kakak Kelas Dikeluarkan, Tapi Masih Ikut Ujian
Ketua KPAI Susanto mengatakan pihaknya ingin memastikan dulu, kronologi kejadian tersebut.
"Terkait kasus ini kami akan koordinasikan dulu dengan dinas pendidikan apakah betul ini terjadi," ujar Susanto saat dikonfirmasi, Selasa (25/2/2020) kemarin.
Jika benar, ia menyayangkan adanya kejadian tersebut. KPAI mencatat sepanjang 2019 lalu, telah menerima 153 pengaduan kasus kekerasan fisik dan psikis terhadap siswa di satuan pendidikan sepanjang 2019. "Angka tersebut terdiri dari anak korban kebijakan, anak korban kekerasan fisik, dan bullying," katanya.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan dari jumlah tersebut kasus yang diselesaikan dengan mediasi sebanyak 19 kasus atau 13 persen, melalui rujukan ke pihak berwenang sebanyak 16 kasus atau 10 persen.
Baca: Fakta 77 Siswa di NTT Dipaksa Makan Kotoran Manusia, Ditemukan di Lemari hingga Disuapi Pakai Sendok
Kemudian melalui rapat koordinasi nasional di Jakarta sebanyak 95 kasus atau 62 persen dan 15 persen diselesaikan melalui pengawasan langsung ke lokasi serta 23 kasus kekerasan fisik di lembaga pendidikan yang diselesaikan melalui rapat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Berdasarkan jenjang pendidikan, 39 persen kekerasan fisik dan perundungan terjadi di jenjang SD atau MI, 22 persen terjadi di jenjang SMP/sederajat, dan 39 persen terjadi di jenjang SMA/SMK/MA. Adapun jumlah siswa yang menjadi korban kekerasan fisik dan perundungan mencapai 171 anak, sedangkan guru yang menjadi korban kekerasan ada 5 orang.
Baca: Viral Siswa Dihukum Makan Kotoran Manusia, Dokter Ungkap Ancaman Penyakitnya
Lebih lanjut, Retno menyebutkan bahwa pelaku kekerasan adalah kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua. Kasus kekerasan guru atau kepala sekolah ke peserta didik sebanyak 44 persen, kekerasan siswa ke guru sebanyak 13 persen, kekerasan orang tua siswa ke guru atau siswa 13 persen, dan pelaku kekerasan siswa ke siswa lainnya juga cukup tinggi, yaitu 30 persen.
Sementara itu, modus kekerasan fisik yang dilakukan guru dengan dalih mendisiplinkan siswa dilakukan dengan mencubit, memukul atau menampar, membentak dan memaki. Siswa juga dalam beberapa kasus dijemur di terik matahari dan dihukum lari mengelilingi lapangan sekolah sebanyak 20 putaran.
Adapun kekerasan siswa terhadap sesama siswa umumnya dilakukan secara bersama-sama atau dikeroyok kemudian dipukul, ditampar, dan ditendang.
Sementara, bentuk kekerasan siswa ke guru dilakukan dengan pemukulan, perundungan, dan memvideokan kejadian terkait kemudian mengunggahnya ke media sosial. Dalam salah satu kasus, siswa juga melakukan penikaman dengan pisau.
Baca: Fakta Lain Siswa Makan Kotoran Manusia, Sekolah Membantah: Menyentuhkan Sendok yang Ada Feses
Para pelaku, menurut penelitian KPAI, sebagian besar melakukan kekerasan di ruang kelas. Namun, ada juga yang dilakukan di ruang kepala sekolah, di lapangan atau halaman sekolah, di kebun belakang sekolah, dan aula sekolah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.