Bamusi: Kasus India Jadi Pelajaran Penting Istiqomah Jalankan Pancasila
Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Yayan Sopyani Al Hadi mengecam aksi kekerasan dan pembakaran masjid di India.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Yayan Sopyani Al Hadi mengecam aksi kekerasan dan pembakaran masjid di India.
Aksi mematikan terhadap umat Islam di India ini harus segera dihentikan.
"Aksi kekerasan yang berbasis dan bermula dari ideologi, doktrin dan nilai-nilai rasisme tak boleh ada lagi di belahan dunia manapun," kata Yayan saat dimintai padangan terkait dengan aksi kekerasan di India, Jumat (28/2/2020).
Tindak kekerasan ini bermula dari Undang-Undang Kewarganegaraan India.
Kelompok muslim menolak UU kontroversial ini karena dinilai diskriminatif dan rasis.
Namun demonstrasi menentang UU ini berujung pada tindak kekerasan kepada umat Islam di India. Umat Islam meninggalkan rumah dan masjid di rusak.
Yayan pun berharap pemerintah Indonesia bisa mengirim nota-protes ke India.
Selain Indonesia merupakan negara sahabat, India pun pasti mau mendengar suara dari Indonesia.
"Indonesia dan India pernah bersama-sama Indonesia dalam menginisiasi Konferensi Asia Afrika dan juga melawan imperialisme. Dan dalam imperilisme senantiasa ada benih rasisme, selain karena motif politik-ekonomi," ungkap Yayan
Yayan menilai semangat anti-rasisme sejatinya mengakar dalam hati orang-orang India. Sebab pengalaman pahit India dalam hal ini sudah cukup paniang.
"Dan karena itu pula, deklarasi KAA, yang di dalamnya ada India, berisi pengakuan atas hak-hak dasar manusia dan pengakuan yang sama pada setiap suku bangsa," ungkap Yayan.
Baca: Korban Meninggal Dunia dalam Kerusuhan di India Capai 25 Orang, PM Narendra Modi Dikritik Pedas
Bercermin dari kasus India, Yayan pun mengajak warga Indonesia komitmen dan konsisten dalam menjalankan dan mengamalkan Pancasila yang digali Bung Karno dari nilai-nilai bangsa itu sendiri. Sebab Pancasila merupakan dasar dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang mempersatukan semua elemen, baik suku, agama, bahasa dan ras yang ada di Indonesia.
"Kita harus bersyukur punya Pancasila. Mari jalankan sungguh-sungguh. Bangsa lain kagum pada kita karena memiliki Pancasila," ungkap Yayan.
Dalam Pancasila, sambung Yayan, Bung Karno menjelaskan bahwa semua orang Indonesia tak boleh tak beragama.
Namun keberagamaan Indonesia harus berbasis para ketuhanan yang berkebudayaan dan berkeadaban. Yaitu Ketuhanan yang berbudi pekerti yang luhur dan yang hormat-menghormati satu sama lain.
"Dalam Pancasila, segenap pemeluk agama mendapat tempat yang sama dan tempat yang sebaik-baiknya. Tanpa ada diskriminasi atas nama apapun. Mari jalankan Pancasila bersama-sama secara istiqomah," demikian Yayan.