Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

DBD Lebih Berbahaya dari Corona, Tercatat 104 Orang Meninggal Dunia

Kasus demam berdarah dengue (DBD) bahkan tercatat jauh lebih banyak jumlahnya dibandingkan kasus virus corona.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in DBD Lebih Berbahaya dari Corona, Tercatat 104 Orang Meninggal Dunia
Wartakota/Nur Ichsan
FOGGING DBD - Relawan PMI Kota Tangerang melakukan pengasapan (fogging) dalam penanganan wabah penyakit demam berdarah di wilayah RW 01 Kelurahan Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Rabu (19/2/2020), Pengasapan ini dilakukan setelah puluhan warga di wilayah ini terserang virus Chikungunya, yang membuat penderitanya, mengalami lemas badan seperti orang lumpuh.karena nyamuk tersebut menyerang persendian. (Wartakota/Nur Ichsan) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini demam berdarah dengue (DBD) tengah menjadi wabah di Indonesia selain wabah virus corona atau Covid-19.

Kasus demam berdarah dengue (DBD) ini bahkan tercatat jauh lebih banyak jumlahnya dibandingkan kasus virus corona.

Diketahui, hingga Rabu (11/3/2020) di Indonesia tercatat 34 pasien DBD meninggal dunia.

Selain itu, jumlah kasus DBD per 11 Maret 2020 telah tercatat sebanyak 17.820 kasus.

"Jumlah kasus DBD per 11 Maret 2020 tercatat sebanyak 17.820 kasus," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Siti Nadia Tarmizi, Kamis (12/3/2020).

Siti mengatakan data tersebut terpantau sejak Januari hingga 11 Maret 2020. Ia juga mengatakan bahwa penularan DBD terjadi secara cepat.

"DBD itu penyakit yang berpotensi menjadi wabah dan kejadian luar biasa (KLB) dikarenakan kecepatan penularannya. Jadi mengapa tiba-tiba (jumlah) kasus tiba-tiba melonjak jadi tinggi? Sebab, ini karena proses penularan tetap terjadi," ujar Siti.

Berita Rekomendasi

Menurut Siti, penyebab penularan DBD, yakni iklim tropis Indonesia dan keberadaan nyamuk Aedes aegypti.

"Individu butuh waktu 5-7 hari setelah tergigit nyamuk Aedes aegypti, lalu baru muncul gejala klinis DBD. Tetapi, bisa jadi orang tidak merasakan gejala klinis, padahal dia sudah positif tertular DBD. Kalau daerah yang nyamuknya banyak, ya (risiko) penularan cepat terjadi," jelas Siti.

Baca: Kronologi Pria Serang Polisi karena Tak Terima Ditilang, Berujung Tewas Ditembak

Baca: Jadwal Acara TV Hari Ini, 13 Maret 2020: Spesial Korean Wave: NCT Dream HUT Transmedia di TransTV

Ia mengungkapkan, terdapat 104 kematian akibat kasus DBD ini yang mayoritas berada di NTT.

Menurut Siti, angka kematian di NTT tinggi karena sejumlah hal. Hal pertama yaitu karena faktor lingkungan yang mana banyak terdapat tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti.

"Lalu, tidak dilakukan pencegahan sebelum masa penularan DBD. Kemudian, tempat perindukan nyamuk tidak dibersihkan," tutur Siti.

Siti mengungkapkan, ada empat provinsi lain dengan kasus kematian akibat DBD yang juga tinggi, yakni Jawa Barat (15 kematian), Jawa Timur (13 kematian), Lampung (11 kematian), dan Jawa Tengah (4 kematian).

Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat 37 penderita demam berdarah dengue (DBD) meninggal hingga Rabu (11/3/2020) malam.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas