Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

DBD Lebih Berbahaya dari Corona, Tercatat 104 Orang Meninggal Dunia

Kasus demam berdarah dengue (DBD) bahkan tercatat jauh lebih banyak jumlahnya dibandingkan kasus virus corona.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in DBD Lebih Berbahaya dari Corona, Tercatat 104 Orang Meninggal Dunia
Wartakota/Nur Ichsan
FOGGING DBD - Relawan PMI Kota Tangerang melakukan pengasapan (fogging) dalam penanganan wabah penyakit demam berdarah di wilayah RW 01 Kelurahan Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Rabu (19/2/2020), Pengasapan ini dilakukan setelah puluhan warga di wilayah ini terserang virus Chikungunya, yang membuat penderitanya, mengalami lemas badan seperti orang lumpuh.karena nyamuk tersebut menyerang persendian. (Wartakota/Nur Ichsan) 

Tercatat, dalam kurun waktu tahun 2020, terdapat 104 kematian akibat wabah DBD.

"Ini juga menjadi atensi serius, jangan hanya fokusnya ke corona (Covid-19). Itu (DBD) juga banyak korban," kata Moeldoko.

Moeldoko menambahkan, wabah DBD juga harus dimitigasi agar jumlah korban yang terinfeksi maupun meninggal dapat diturunkan.

Oleh sebab itu, pemerintah memastikan bekerja untuk menangani masalah tesebut. Tentunya dibantu peran masyarakat.

"Harus dimitigasi makin serius lagi," jelasnya.

Baca: Pakar dan Teman Ungkap Isi Hati Pangeran Harry dan Meghan Markle: Diabaikan hingga Tak Ada Pelukan

Baca: Hasil Uji Obat Corona Buatan Iran Diklaim Berhasil Turunkan Gejala Pasien dalam 48 Jam

Moeldoko menyebut Menkes Terawan Agus Putranto telah terjun langsung ke lapangan meninjau lokasi wabah DBD.

"Menkes sudah ke titik lokasi, sudah melihat perkembangannya dengan baik," terangnya.

Berita Rekomendasi

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga dihadapkan pada penyakit demam berdarah dengue (DBD) selain virus corona. Tingkat kewaspadaan keduanya tetap dijaga.

"DBD bukan sesuatu yang baru kita kenal. Jadi meski sedang hadapi pengendalian tentang COVID-19, kewaspadaan terhadap DBD tetap kita jaga," ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti.

Dinkes DKI mengungkap angka kasus DBD periode ini menurun dari periode tahun sebelumnya.

Jumlah penderita DBD di bulan Januari 2019 sebesar 989 jiwa. Sedangkan pada Januari 2020 hanya 276 orang.

Sementara di bulan Februari 2019 ada 1.569 orang penderita DBD.

Tapi pada Februari 2020 menurun hingga lebih dari setengahnya, yakni 600 orang.

Begitu pula pada angka penderita DBD di bulan Maret 2019 dengan 1.983 orang, berbanding 90 orang hingga 11 Maret 2020.

Salah satu faktor DBD yaitu datangnya musim penghujan yang menyebabkan kelembaban atau adanya genangan pada sudut-sudut wilayah dekat rumah.

Tempat tersebut jadi lokasi sempurna bagi nyamuk penyebab DBD Aedes aegypti.

Menanggulanginya, Pemprov DKI berkoordinasi dengan BMKG dalam hal early warning system atau sistem peringatan dini di musim hujan.

Di sisi lain masyarakat juga diimbau menerapkan hidup sehat dan menggalakkan gerakan PSM 3M.

Gerakan ini bermakna pemberantasan sarang nyamuk (PSM) dan menutup, menguras dan mengubur (3M) barang-barang bekas.

Wadah yang bisa menampung air juga diimbau untuk ditutup.

Hal ini guna mencegah nyamuk masuk untuk bertelur dan berkembang biak.

"Termasuk bagaimana bahu membahu dengan segenap lapisan masyarakat melalui gerakan PSM 3M," kata Widyastuti.

Komisi IX DPR meminta pemerintah bergerak cepat menangani penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang melanda berbagai daerah di Indonesia.

Wakil Ketua Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh mengatakan, DBD merupakan penyakit langganan yang ada di Indonesia dan saat ini seluruh wilayah memiliki potensi menjadi kejadian luar biasa (KLB) DBD.

"Oleh karena itu, pemerintah tidak boleh mengesampingkan persoalan DBD (di tengah penanganan corona)," ujar Nihayatul.

Nyamuk Aedes Aegypti, penyebab demam berdarah dengue.
Nyamuk Aedes Aegypti, penyebab demam berdarah dengue. (Shutterstock)

Ia pun meminta, pemerintah harus melakukan penelitian yang mendalam tentang DBD, sehingga tidak terulang setiap tahunnya.

Di mana, untuk kasus DBD di Nusa Tenggara Timur (NTT), kata Nihayatul, pemerintah harus langsung bergerak cepat mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan nyamuk tersebut.

"Pemerintah sudah kirim beberapa dokter spesialis ke NTT dan ini harus dievaluasi. Pemerintah harus all out untuk menanganinya," ucapnya.

Penyakit DBD telah melanda masyarakat yang tinggal di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, dan Lampung.

Jumlah korban meninggal karena DBD mencapai 80 orang lebih dan jumlah pasien yang dirawat sebanyak 14 ribu lebih.(Tribun Network/dan/yud/sen/kps/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas