Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Corona Tak Ada Hubungannya dengan Kematian

Jamu sama yang kayak temulawak atau herbal itu bisa dipakai buat menaikkan stamina kita. Jadi misalnya, badan tidak enak dan langsung minum jamu,

Penulis: Reza Deni
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Corona Tak Ada Hubungannya dengan Kematian
Youtube tvOneNews
dr. Mohammad Indro Cahyono, ahli virus 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Pakar virus atau virologis drh. Indro Cahyono melihat persoalan virus corona di Indonesia sudah bergeser, tidak fokus pada penyakit dan virusnya, tapi sudah banyak menjadikan mainan politik.

Tentu saja persoalannya jadi tidak sehat, penyakit yang sebetulnya biasa-biasa saja seolah dibikin jadi menyeramkan.Berikut penjelasannya kepada Tribunnews.com Minggu (22/3/2020).

Anda menyebut vitamin E dan C untuk membantu meningkatkan antibodi, bagaimana dengan herbal seperti jamu dan jahe?
Jamu sama yang kayak temulawak atau herbal itu bisa dipakai buat menaikkan stamina kita. Jadi misalnya, badan tidak enak dan langsung minum jamu, itu buat menyegarkan badan. Kalau badan kita segar, kita akan produksi antibodinya lebih gampang.

Jadi jamu itu akan memicu keluarnya antibodi?
Akan mempermudah, bukan memicu. Yang memicu antibodi keluar lebih banyak itu vitamun E. Jadi kalau mau misalnya minum vitamu E dan C ya boleh, atau ditambah jamu lebih bagus.

Baca: Update Rabu 25 Maret, 9 Orang Meninggal Akibat Corona di Depok

Selain di Cina kan di Italia kan korbannya juga banyak, kira-kira apa yang membedakan di sana angkanya lebih banyak ketimbang di sini, meskipun di sini angka kematian lebih banyak dari yang sembuh?
Sekarang kita mau bicara antara banyak dan sedikit. Banyaknya itu seberapa banyak, harus ada angkanya. Kita enggak bisa bilang di sana ada orang banyak lagi ngumpul, kita harus tanya banyak itu berapa.

Sebanyak-banyaknya orang yang mati di Cina, kalau dibandingkan sama jumlah pasien yang kena ketemu 3 persen. Dan kalau kita lihat sama yang sembuh, kemarin aja ya yang sembuh lebih dari 59 persen dan berlanjut sampai sekarang. Sudah pulih semua.

Kalau kita lihat di Italia, dilihat berapa orang yang meninggal dibagi dengan jumlah yang sakit. Itu bakal ketemu sekitar dua persen.

Baca: Pemerintah Pertimbangkan Opsi Larang Mudik Lebaran

Berita Rekomendasi

Di Indonesia persentasenya memang lebih tinggi yang meninggal dibanding yang sembuh, beda sama di Cina atau Italia. Nah, masalahnya sistem kesehatan di Cina sama di Italia sudah bagus banget. Begitu setiap orang ada yang sakit dicek ama dia, dia sudah tahu nih positif atau negatif.

Pakai PCR jadi dibawa sampelnya disogok pake cottonbud ke tenggorokan terus dibawa ke lab, dua jam jadi. Kalau penduduk di Wuhan misalnya ada 400 ribu, di sana penduduknya dicek semua. Penduduk di Italia dicek semua. Di Indonesia ada berapa yang dicek berapa? Sekarang ketemu seolah-olah korban di Indonesia lebih banyak.

Baca: Mantan Rektor Unhas, Idrus A Paturusi Disebut Positif Virus Corona, Ini Kata sang Anak

Makanya maksudnya yang saya lihat sekarang ini masalah virus corona bukan masalah penyakit atau virusnya. Sudah banyak yang mainan nih, mainan politik sudah adalah. Menurut saya sudah enggak sehat kalo begitu. Jadi penyakit yang seharusnya biasa-biasa saja jadi dibikin menyeramkan banget.

Baca: Pasangan Ini Gelar Akad Nikah Lewat Video Call di Rumah Mempelai Wanita di Kolaka Guna Cegah Corona

Namun, ini kan sudah ada dasarnya yang statement WHO menyatakan bahwa ini adalah pandemi global?

Kalau kita mau bicara pandemi global, sekarang kita lihat faktanya saja. Cina, Indonesia, Vietnam, Jepang, Italia, Amerika ada virus corona. Kenyataannya global, menyebarnya pun cepat.Tapi permasalahannya berapa banyak orang yang meninggal? Yang jadi masalah utama di Indonesia kita tuh senang mainan medsos, tetapi kita tidak punya kemampuan untuk melakukan cek dan ricek bahwa berita ini benar atau tidak.

Kita terlalu gampang menerima berita yang tidak benar, terus dimasukkan ke otak kita terus-menerus: corona-mati, corona-mati, padahal faktanya tidak begitu.

Maksudnya corona ini menimbulkan ketakutan yang tidak berdasar, dan kita harus mulai menyingkirkan bahwa corona bukan kematian karena begitu kita menaruh handphone di bawah, lalu kemudian kita keluar rumah, kita baru sadar orang-orang enggak ada yang mati bergelimpangan di luar, pada santai semua. Ke mana yang mati yang 200-300 sampai 4 ribu itu?

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas