Curhatan Menteri Luhut, Teringat sang Anak Menangis saat Dirinya Pulang: Dia Tidak Mengenali Saya
Luhut Pandjaitan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menuliskan curahan hati mengenai kisah hidupnya.
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Luhut Pandjaitan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menuliskan curahan hati mengenai kisah hidupnya.
Dia juga mengungkapkan kekecewaan atas berbagai tuduhan yang ditujukan kepadanya belakangan ini.
Mantan Dubes Singapura ini menuliskan curhat panjang tersebut di akun Facebook dan Instagram pribadinya.
Ia membuka tulisan itu dengan bercerita saat menjadi prajurit Kopassus selama 30 tahun.
"Saya menghabiskan lebih dari 30 tahun masa hidup saya sebagai seorang prajurit, tanpa pernah merasa ada keraguan ketika terjun ke daerah operasi. Sebagai seorang prajurit Kopassus atau yang dulu disebut RPKAD pun saya terbiasa menghadapi banyak pertempuran jarak dekat, dengan situasi yang sangat mencekam."
Banyak suka dan duka yang harus dilalui selama menjadi prajurit tersebut.
Termasuk kehilangan anak buah sewaktu bertempur di Timor Timur.
"Itu semua kami lakukan karena kecintaan dan janji kami pada Sumpah Prajurit dan Sapta Marga. Yang menjadi sebuah pedoman dan sumpah dari seorang perwira sewaktu kami jadi taruna di Lembah Tidar. Jadi saya tidak akan pernah mengingkari sumpah saya sebagai seorang prajurit," tulis Luhut.
Tak kalah getirnya adalah kehilangan waktu bersama keluarga.
Bahkan anaknya,Uli, waktu berusia 3 tahun tidak mengenali dirinya karena sering ditinggal pergi bertugas.
Momen ini sangat membekas di hatinya sampai dia berjanji setiap berangkat menjalankan tugas negara, harus memastikan diri dan prajurit lain bisa pulang dengan selamat.
"Ada satu momen yang saya ingat sampai saat ini, yaitu suatu waktu anak saya Uli yang waktu itu berumur 3 tahun menangis ketika melihat saya pulang ke rumah. Sayangnya dia bukan menangis karena lama menahan rindu ke ayahnya, tapi karena dia takut ada orang asing muncul di kamarnya. Dia tidak mengenali saya. Sebagai seorang ayah, hal itu sangat membuat saya terpukul," lanjutnya.
Seusai mengemban tugas sebagai prajurit, Luhut pun mendapat kesempatan mengabdi kepada negara dengan menjabat sebagai pejabat publik.
Sebagai seorang pejabat publik, kritik merupakan hal yang wajar baginya.
Bahkan kritik merupakan sebuah motivasi untuk menjadi lebih baik.
"Sapta Marga mengajarkan saya untuk terus membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Saya terbiasa untuk tidak mudah memasukkan semua kritik ke dalam hati karena saya senang mendapat masukan juga kritik yang membangun dari siapa saja. Saya selalu mempersilahkan siapapun yang ingin menyampaikan kritik untuk datang dan duduk bersama mencari solusi permasalahan bangsa."
Namun ia merasa kritik yang dilontarkan kepadanya sudah melampaui batas dan mengenai bagian privasinya.
Luhut menuliskan jika keluarga dan orang terdekatnya ikut mendapatkan kritikan dari masyarakat.
"Sebuah tuduhan kepada pribadi seseorang tentu juga akan mengenai sisi paling privat dari orang itu. Ini pula yang kemudian dirasakan oleh keluarga dan orang-orang terdekat saya. Mereka merasa yang hari ini terjadi sudah kelewat batas dan bukan contoh yang baik bagi pendidikan moral dan pendewasaan generasi penerus bangsa yang besar ini, terutama dalam hal berdemokrasi dan menyampaikan pendapat."
Apalagi di tengah situasi pandemi Covid-19 ini.
Menurutnya beberapa pihak tega menjadikan kondisi ini untuk melakukan serangan-serangan yang tidak berdasar dan mengarah ke personal.
Bukan lagi kritik yang berorientasi pada pemecahan masalah dan mencari solusi bagi keselamatan negeri.
"Namun saya sungguh menyayangkan tindakan dan ucapan beberapa pihak yang tega menjadikan situasi seperti ini untuk memperkeruh keadaan dengan melakukan serangan-serangan yang tak berdasar dan malah mengarah ke personal atau pribadi orang lain. Bukan lagi kritik yang berorientasi pada pemecahan masalah dan mencari solusi bagi keselamatan negeri tercinta kita."
Ujaran kebencian dan fitnah pun terus dipelihara di tengah-tengah situasi yang genting seperti ini.
Luhut pun menuliskan jika ia rindu dengan almarhum Gus Dur yang semangat positifnya selalu menginspirasi setiap langkah saya menjalani hidup sebagai pejabat negara.
"Dari Gus Dur pula saya belajar, bahwa perbedaan dan kritik pasti ada dan tidak bisa dihilangkan, karena perbedaan itu lahir bersama kita."
Di akhir unggahan, dia menuliskan jika semua yang diucapkan harus mampu dipertanggungjawabkan.
Unggahan ini pun mendapat banyak komentar dari netizen, banyak dari mereka yang mendukung pernyataannya.
Namun tak sedikit juga netizen yang menghujat unggahan Luhut ini.
Unggahan tersebut disampaikan ke publik via media sosial menyusul kritik yang disampaikan Said Didu, beberapa waktu lalu.
Said Didu saat itu diwawancarai Hersubeno Arief dalam video yang diunggah di Youtube.
Video berdurasi 22 menit tersebut berjudul "Luhut: Uang, Uang dan Uang".
Said Didu menyoroti soal isu pemindahan ibukota baru yang masih dijalankan di tengah wabah pandemi Covid-19.
Dia juga menyebutkan jika Luhut bersikeras agar Menteri Keuangan Sri Mulyani tidak mengganggu dana pembangunan ibukota negara baru.
(Tribun Jateng/Like Adelia)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul "Luhut Pandjaitan Terpukul Anaknya Menangis Lihat Dia Masuk Kamar: Uli Tidak Kenali Saya"