Peneliti Senior LSI Toto Izul Fatah: Kita jaga Periode Kedua Presiden Jokowi Berakhir Happy Ending
sikap pemerintah menghadapi menghadapi ganasnya wabah virus corona yang berefek domino pada hampir semua sektor kehidupan
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Toto Izul Fatah berharap semua pihak menjaga dan mengawal Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar kepemimpinannya di periode kedua ini tidak berakhir 'su'ul khotimah' (buruk di akhir). Harus berakhir, happy ending.
Hal ini disampaikan Toto terkait sikap pemerintah menghadapi menghadapi ganasnya wabah virus corona yang berefek domino pada hampir semua sektor kehidupan, khususnya bidang ekonomi.
Baca: Wisatawan Indonesia Terdampar di Selandia Baru
Toto juga menanggapi isu kontroversial mulai dari penanganan covid 19, pembebasan puluhan ribu narapidana sampai ke soal kontroversi telegram Kapolri untuk menindak tegas orang yang menghina presiden dan pejabat negara.
Baca: Syok Glenn Fredly Meninggal Dunia, Dewi Perssik Ungkap Rencana Adakan Konser Bersama
"Pak Jokowi itu salah satu simbol pemimpin yang dirindukan publik saat awal terpilihnya sebagai presiden pada 2014 dan terpilih kembali pada 2019 dengan berbagai atribut positif seperti peduli, bersih dan merakyat," ujar Toto dalam rilisnya yang diterima tribunnews.com, Sabtu (11/4/2020).
Toto yang juga Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA ini menambahkan, kepemimpinan Presiden Jikowi di periode kedua ini jangan sampai dibiarkan hanyut dan terjerumus ke jurang kehancuran.
Apalagi, lanjutnya kejatuhan karena adanya bisikan sesat atau masukan salah dari para pembantunya yang sekedar menyenangkan jangka pendek. Tapi berefek buruk dan merusak pada jangka panjang.
Baca: Mbak Lala Kesal Ada Warga Kampungnya Nekat Mudik saat Wabah, Pengasuh Rafathar Lapor ke Bupati
"Terlalu mahal harga demokrasi yang dilewatinya dua periode itu jika Jokowi harus berakhir tragis karena banyaknya para pembisik yang hanya mengambil keuntungan sesaat," kata Toto.
Toto mengingatkan tragedi kejatuhan kepemimpinan sejumlah kepala negara sejak Bung Karno, Soeharto, Habibie, dan Gus Dur. "Hanya SBY yang berhasil melewati dua priode menjabat dengan berakhir relatif mulus. Selebihnya, selalu ditebus dengan jatuhnya banyak korban jiwa dan kerugian material yang tidak kecil," ungkapnya.
"Berkaca dari situlah, Jokowi sendiri harusnya mengambil banyak pelajaran. Dan para pembantunya harus menjaga dan mengawalnya jangan sampai tergelincir," kata dia.
Baca: 5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Memakai Masker, Pemerintah Wajibkan Saat ke Luar Rumah
Salah satunya cara mengawal pemerintahan Jokowi, katanya lagi dengan dibukanya ruang keterlibatan semua elemen bangsa, khusus para elit baik politisi, akademisi, tokoh agama dan masyarakat.
Tidak bosan mengingatkan agar pemerintahan yang selalu on the track, tidak menyimpang. Bisa lewat kritik, memberi masukan dan saran, sejauh tidak fitnah dan masih dalam koridor hukum yang berlaku.
Baca: Hector Bellerin Tolak Minat Sevilla dan Atletico, Mikel Arteta Jadi Alasan Utama
Dalam kontek inilah, menurut Toto, berbagai masukan bahkan kritik dari semua elemen bangsa ini sebaiknya direspon positif semua aparat pemerintah sebagai vitamin yang menyehatkan. Bukan malah dijawab dengan kebijakan represif.
Menurut Toto, wabah virus corona ini seharusnya menjadi momentum buat Jokowi untuk membangun mercusuar kemanusiaan. Prioritas saat ini, imbuhnya, dengan membangun kepercayaan diri, publik agar bisa menjaga dan melindungi diri dari ganasnya covid 19.
"Bikin rakyat Indonesia sehat dulu. Tanamkan dan kampanyekan semangat kebersamaan rakyat dalam menghadapi musibah yang sudah mendunia ini," katanya.
Baca: Martunis Buka Lelang Jersey Bertanda Tangan Criistiano Ronaldo pada Harga Rp 4 Juta
Sebagai presiden dua periode, menurutnya wajar dan sah jika Jokowi punya mimpi ingin membuat legacy yang dikenang dan dicatat sejarah seperti membangun ibukota baru.
Tapi, dalam kondisi darurat seperti ini, legacy menyelamatkan ratusan bahkan ribuan nyawa rakyat Indonesia dari virus corona jauh lebih penting, bernilai dan akan dikenang sepanjang hayat bangsa ini.
Bahwa dibawah kepemimpinan Jokowi ancaman ganas covid 19 ini bisa diatasi dengan menekan jumlah korban baik yang positip maupun meninggal.
"Jangan sampai terjadi sebaliknya, Pak Jokowi dicatat sejarah sebagai Presiden yang lalai dan lambat menangani virus ini," katanya.
"Apalagi, dikenang sebagai presiden yang awalnya simbol sipil yang membawa angin demokrasi, tapi berujung dengan stempel pemimpin yang merusak demokrasi," ia mengingatkan.
"Kita sama-sama menjaga beliau dari benih munculnya kenangan sejarah buruk. Jokowi Presiden yang berawal baik, harus berakhir baik juga," tegasnya.