Ibu Tien Soeharto dalam Kenangan, Sempat Ajak Jalan-jalan Cucu Sebelum Meninggal Dunia
istri Presiden Soeharto yang akrab disapa dengan Ibu Tien itu dimakamkan di pemakaman keluarga Astana Giribangun, Matesih, Kabupaten Karanganyar
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Pada 28 April 2020 kemarin, Siti Hartina, istri Presiden kedua RI Soeharto genap 24 tahun meninggal dunia.
Dikabarkan harian Kompas, Senin (29/4/1996), istri Presiden Soeharto yang akrab disapa dengan Ibu Tien itu dimakamkan di pemakaman keluarga Astana Giribangun, Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Ibu Tien meninggal pada dini hari di Jakarta dalam usia hampir 73 tahun karena serangan jantung.
Serangan jantung kepada Ibu Tien terjadi pada pukul 04.00 WIB di kediamannya di Jalan Cendana.
Dalam keadaan kritis itu, Soeharto memimpin sendiri upaya pertolongan.
Baca: 24 Tahun Berlalu, Tutut Soeharto Ungkap Detik Terakhir Ibu Tien dan Isu Meninggal karena Ditembak
Presiden Soeharto terus mendampingi sang istri tercinta mulai dari kediaman sampai Ny Tien mengembuskan napas terakhirnya pada pukul 05.10 WIB di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Mensegneg Moerdiono mengumumkan hari berkabung nasional selama tujuh hari mulai Minggu, 28 April 1996 sampai Sabtu, 4 Mei 1996.
Dia meminta masyarakat untuk mengheningkan cipta pada pukul 13.00 WIB, saat jenazah diberangkatkan dari Ndalem Kalitan ke pemakaman.
Upacara pelepasan jenazahnya dimulai pukul 12.30 WIB.
Berita kepergian Ibu Tien menyebar melalui berbagai media kala itu.
Hari Berkabung Nasional
Berita yang diperoleh langsung diumumkan melalui shalat-shalat Idul Adha yang berlangsung Minggu pagi, demikian pula gereja-gereja yang sedang menyelenggarakan ibadah Minggu.
Bendera Merah Putih setengah tiang tanda berkabung dikibarkan dan masyarakat di Ibu Kota berbondong-bondong menuju rumah duka di Jalan Cendana untuk penghormatan terakhir.
Tanpa membedakan kedudukan masing-masing, mereka berdesak-desak berebutan memasuki rumah duka untuk melihat langsung wajah Ibu Negara, tanpa harus melalui pemeriksaan keamanan seperti biasanya.
Begitu banyaknya masyarakat sampai banyak yang harus puas hanya berdiri di sepanjang Jalan Cendana karena halaman rumah duka tidak mampu menampung.
Para petugas sangat kewalahan mengatur karena begitu banyaknya anggota masyarakat yang ingin masuk langsung ke dalam rumah duka.
Profil Ibu Tien
Ibu Tien Soeharto lahir dengan nama Raden Ayu Siti Hartinah pada 23 Agustus 1923 di Jaten, dusun di pinggir jalan antara Solo-Tawangmangu, Jawa Tengah.
Ibu Tien dikenal sebagai ibu negara dengan multiperan, yakni sebagai ibu negara, sebagai ibu, sebagai nenek, dan nenek buyut.
Multiperan itu merupakan bagian dari kehidupannya sehari-hari dijalankannya bertahun-tahun tanpa mengeluh.
Jumat (26/4/1996), Ibu Tien sebagai Ibu Negara masih sempat menerima Menteri Agama Tarmizi Taher, Menteri Keuangan Marie Muhammad, dan Ponco Sutowo dari Panitia Festival Istiqlal.
Dalam pertemuan itu, Ibu Tien meminta Panitia Istiqlal membuat Museum Festival Istiqlal di kompleks Taman Mini, dan berharap agar museum itu bisa selesai sebelum ulang tahun Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tahun depan.
Selain itu, menjelang kepergiannya, Ibu Tien berjalan-jalan dengan cucu-cucunya sepanjang hari ke Taman Buah Mekarsari di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Perjalanan ke Cileungsi itu merupakan perjalanan terakhirnya.
Multiperannya sebagai ibu negara dimulai dengan dilantiknya Pak Harto sebagai Presiden RI kedua pada 27 Maret 1968.
Tugasnya semakin lama semakin berat sesuai dengan kemajuan Indonesia dan tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia.
Dia dikenal peduli kepada rakyat kecil, kaum yang lemah, cacat, dan tertindas.
Itu tampak dalam berbagai kegiatan sosial yang dilakukannya.
Beberapa peran Ibu Tien antara lain:
- Pelindung Yayasan Penderita Anak Cacat
- Ketua Yayasan Harapan Kita
- Ketua Panitia Dana Gotong Royong Kemanusiaan
- Ketua Yayasan Purna Bhakti Pertiwi Pendiri/Ketua Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia.
Sebagai Ibu Negara, Ibu Tien menerima penghargaan dari berbagai negara, antara lain:
- The Order of The Golden Heart dari Filipina
- Grand Cordon of The Order of Sheba (Ethiopia)
- Grand Croix de L'ordre Royal de Sowathora (Kamboja)
- First Class Knight, Grand Cross of The Most Illustrious Order of Chula Cham Klao (Thailand)
- Darjah Utama Sri Mahkota Negara (Malaysia)
- Kroonorder (Huis Order Van Oranje) dari Belanda
- Sonderstufe Des Grosskreuzes (Special Order of The Grand Cross) dari Jerman.
Dari Pemerintah Indonesia Ibu Tien memperoleh penghargaan:
- Bintang Budaya Parama Dharma (1992)
- Adikarya Wanindyatama (1994)
- Adhikarya Wanondya Tama (1994)
- Bintang Republik dan Bintang Mahaputra (Penghargaan tertinggi yang diperolehnya)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenang 24 Tahun Kepergian Ibu Tien Soeharto, seperti Apa Perjalanan Hidupnya?" (Kompas.com/Nur Fitriatus Shalihah)