Tren Isu Ketahanan Pangan Menanjak Saat Pandemi Covid-19
Berdasarkan lembaga riset dan intelijen media Indonesia Indikator, Ketahanan Pangan turut menjadi isu populer selama pandemi.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Pandemi Covid-19 ternyata tidak hanya berputar pada isu kesehatan masyarakat. Berdasarkan lembaga riset dan intelijen media Indonesia Indikator, Ketahanan Pangan turut menjadi isu populer selama pandemi.
“Isu ketahanan pangan nasional turut menguat dengan adanya pandemi covid-19. Berdasarkan data kami, terdapat 60.209 artikel di media mainstream yang membahas tentang ketahanan pangan,” sebut Kepala Divisi Riset Media Indonesia Indicator, Fanny Chaniago, pada keterangan pers, Selasa (13/05) sore.
Media massa umumnya membahas tentang upaya pemangku kebijakan dalam menjaga stok dan ketersediaan pangan.
Selain itu, Fanny juga mencatat kehadiran sejumlah pihak yang mengajak masyarakat untuk memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan guna memperkuat ketahanan pangan dalam negeri.
Narasumber yang dikutip di media tentang isu ini pun cukup beragam. Beberapa kelompok yang turut bersuara adalah pemerintah, pengamat, badan usaha milik negara (BUMN), dan sebagainya.
Fanny menggarisbawahi bahwa pemerintah terbilang aktif bersuara dalam isu ini. Tercatat 10 figur yang banyak dimintai komentar oleh media massa mengenai ketahanan pangan, seluruhnya berasal dari pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Bahkan Presiden Joko Widodo tampil sebagai tokoh yang paling banyak bersuara di media massa, yaitu sebanyak 6.079 berita.
“Media massa banyak menyoroti arahan Presiden terhadap jajarannya pada rapat terbatas 28 April 2020 dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional dan menyiasati adanya provinsi-provinsi tertentu yang mengalami defisit pangan,” ungkap Fanny.
Tak terpaut jauh dengan Presiden, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga menjadi figur yang aktif berbicara tentang ketahanan pangan di media massa. Indonesia Indikator menangkap Syahrul muncul dalam 4.505 berita.
“Pemberitaan yang mengangkat tentang Menteri Pertanian umumnya mengangkat tentang peran dan upaya dirinya bersama jajaran Kementerian Pertanian dalam menjaga ketahanan pangan nasional,” terang Fanny.
Pernyataan dari Mentan antara lain terkait strategi yang diambil Kementan untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan, strategi meningkatkan efektivitas distribusi pangan ke daerah, mempercepat musim tanam, pemanfaatan teknologi untuk penunjang informasi pertanian dengan Agriculture War Room (AWR), dll.
Tingginya atensi pemerintah, terutama Presiden dan Menteri Pertanian pada isu ini, membuat sentimen di media sosial pun turut positif. Fanny menyebutkan sebaran sentimen di media sosial didominasi sentimen positif sebesar 49 persen, kemudian netral 34 persen, dan negatif 17 persen.
“Di media mainstream, pemerintah cenderung diapresiasi melalui berbagai kebijakan untuk ketahanan pangan, seperti panen raya, antisipasi kekeringan, hingga operasi pasar dan pasar murah,” jelasnya.
Pemerintah diharapkan tetap menaruh perhatian terhadap isu ini sehingga kepercayaan publik terhadap pengelolaan pangan nasional bisa tetap terjaga. Apalagi bila melihat sentimen negatif, masih ada kekhawatiran terhadap krisis dan defisit pangan, maupun ancaman kekeringan jelang kemarau.
Selain Presiden dan Menteri Pertanian, Fanny menyebutkan nama figur pemerintah lainnya yang sering berbicara tentang Ketahanan Pangan selama pandemi, yaitu Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan (1.738 berita); Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (1.158 berita); Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementan, Dedi Nursyamsi (1.088 berita); Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian (875 berita); Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi (837 berita); Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa (727 berita); Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto (617 berita); dan Menteri Keuangan, Sri Mulyani (539 berita).
Indonesia Indikator menghimpun data pemberitaan di media mainstream selama periode 1 April – 10 Mei 2020. Penarikan data dan pengolahannya dilakukan melalui melalui piranti lunak artificial intelligence (AI) yang dikelola oleh Indonesia Indicator.