Ada Ketimpangan Distribusi Uang dalam Masyarakat
Harryadin menyebutkan pemilik rekening di bawah Rp100 juta sudah berkurang Rp26 triliun dalam tiga bulan terakhir
Editor: Eko Sutriyanto
Pemulihan ekonomi akan condong pada kelas dan golongan tertentu yang bisa terlihat dari data trivial seperti ini.
”Jangan-jangan setelah pandemi, ketimpangan akan semakin melebar. Kondisi ekonomi tidak membaik, dan justru masyarakat bawah semakin dirugikan,” tukas dia.
Deputi Gubenur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti tak menampik adanya jurang tersebut.
Ia menyebutkan, masyarakat kalangan ekonomi atas yang punya uang di bank menikmati depresiasi nilai tukar begitu besar.
Ditambah lagi dengan kondisi suku bunga naik. Meski begitu, ia menganggap kondisi ini masih dalam koridor normal.
”Untuk saat ini memang akan ada gap, tapi saya melihatnya tidak akan separah kondisi 97-98,” ujar Destry.
Dia juga menambahkan, pengusaha yang termasuk kalangan kelompok ekonomi kelas atas (the have) pun dalam posisi sulit.
Baca: BRI Salurkan Kredit Rp 930,73 Triliun Sepanjang Kuartal I 2020
Selain itu, yang perlu dicatat dari data LPS adalah adanya pengaruh dari mata uang rupiah yang sempat menembus angkat 17 ribu.
”Kondisi saat ini, perusahaan tidak bisa beroperasi, sehingga kita lihat mereka sharing the pain bareng yang lain. Pengusaha kelompok the have juga dalam posisi sulit,” tuturnya.
Ia menyebutkan bahwa terjadi penambahan jumlah rekening secara signifikan pada kelompok di bawah Rp100 juta.
Pemerintah pun sudah mencoba memberikan bantuan nontunai.
Lebih jauh, terkait stimulus ekonomi pada masyarakat, Destry menyatakan upaya BI untuk berhati-hati untuk mencetak lebih banyak uang (printing money).
BI berupaya untuk menghindari risiko moral (moral hazard). Sehingga pada saat pemulihan ekonomi, UMKM menjadi perhatian pertama.
”Jika dibaca di Peraturan Pemerintah yang baru diresmikan terkait program pemulihan ekonomi nasional, intinya justru sasaran utamanya UMKM. Bagaimana strukturnya untuk UMKM diberikan subsidi bunga,” paparnya.