New Normal Jadi Momentum Dunia Konstruksi Cari Terobosan Baru
New normal ini bisa menjadi momentum bagi dunia konstruksi untuk berubah dan menemukan model-model baru yang lebih efektif, efisien, berdaya saing,
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Malvyandie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Infrastruktur masih menjadi prioritas pembangunan pemerintahan Presiden Jokowi periode kedua, meskipun fokus utama visi pembangunannya telah beralih pada pengembangan sumber daya manusia.
Hal ini dapat dilihat dari daftar Proyek Strategis Nasional yang mayoritas masih diwarnai pembangunan infrastruktur.
Pandangan tersebut dinilai wajar karena pembangunan infrastruktur nasional dapat dikatakan memang baru dimulai secara masif di era pemerintahan Jokowi.
“Wajar saja orang berpandangan begitu karena memang faktanya pembangunan infrastruktur baru bisa dirasakan kehadirannya pada periode presiden Jokowi," kata Ketua Dewan Pakar Indonesia Maju Institut (IMI) HM Lukman Edy, Jumat (5/6/2020).
Kehadiran Covid-19 sempat menyebabkan anggaran infrastruktur dipangkas secara drastis.
Baca: Membangun Infrastruktur di Era New Normal
Kementrian PUPR sempat melansir berkurangnya anggaran infrastruktur hingga 40 persen, dialihkan untuk mendukung program penanggulangan Covid-19.
Menurutnya, kebijakan new normal memberi angin segar bagi dunia konstruksi.
Namun dalam pelaksanaan tetap harus menyesuaikan diri dengan protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.
“Karena itu dibutuhkan reengineering terhadap skema-skema pembangunan infrastruktur yang lama, dan mencari terobosan baru," jelas Wakil Komisaris Utama PT Hutama Karya ini.
Dunia konstruksi tak bisa dipisahkan dari teknologi.
Baca: Pasca Covid-19, Proyek Infrastruktur Harus Dilanjutkan
Karena itu, New normal ini bisa menjadi momentum bagi dunia konstruksi untuk berubah dan menemukan model-model baru yang lebih efektif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Pada awal Januari 2019, telah beredar gagasan baru yang muncul dari peradaban Jepang, yaitu society 5.0, yang disampaikan oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam Forum Ekonomi Dunia 2019 di Davos, Swiss.
Gagasan ini muncul sebagai respon revolusi industri 4.0 atas signifikannya perkembangan teknologi, tetapi sekaligus menjadikan peran masyarakat sebagai pertimbangan utama bagi terciptanya revolusi industri 4.0 tersebut.
Baca: Ombudsman Minta Seluruh Proyek Infrastruktur Ditangguhkan di Masa Tanggap Darurat Covid-19
Society 5.0 menawarkan masyarakat ekonomi yang berpusat pada manusia yang membuat seimbang antara kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat menghubungkan antara dunia maya dan dunia nyata.
Lukman menilai, new normal dapat dijadikan momentum pengejawantahan konsep society 5.0 tersebut, utamanya pada iklim infrastruktur di Indonesia.
“Karena infrastruktur lah yang paling memungkinkan untuk memadukan SDM dengan teknologi 4.0," jelasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.