Gerindra: Tak Ada Hubungan Rasisme George Floyd di USA dengan Mahasiswa Papua di Surabaya
Namun, ia berharap dua kejadian itu tidak saling dihubungkan karena berbeda dari berbagai aspek kepentingan.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI fraksi Partai Gerindra, Yan Permenas Mandenas mengatakan isu rasisme secara global dari kejadian George Floyd di USA tentunya mengingatkan pada masalah rasisme yang terjadi terhadap mahasiswa Papua di Surabaya.
Namun, ia berharap dua kejadian itu tidak saling dihubungkan karena berbeda dari berbagai aspek kepentingan.
"Menurut saya berbagai langkah penyelesain masalah rasisme secara strategis sudah dilakukan oleh pemerintah pusat," kata Yan Permenas kepada wartawan, Jumat (12/6/2020).
"Saya berharap kasus rasisme di Surabaya tidak dihubungkan dengan kasus yang menimpa George Floyd di USA karena konteksnya berbeda dari aspek kepentingan politik, sosial budaya dan eonomi di negara maju seperti USA dibandingkan dengan Indonesia yang sedang membangun bangsa," imbuhnya.
Kendati demikian, Anggota DPR dapil Papua itu mengakui masih banyak oknum-oknum bertindak atas perilakunya sendiri, yang justru berpotensi menimbulkan kegaduhan.
Baca: Danjen Kopassus Ajak Komunitas Papua di Jakarta Tidak Terprovokasi Isu Rasial di Luar Negeri
Baca: Viral Pidato Perempuan Papua Saat Demo Kematian George Floyd di Amerika Serikat, Teteskan Air Mata
Namun, Yan Permenas meyakinkan Indonesia adalah negara yang didirikan atas landasan yang baik untuk melindungi seluruh suku bangsa dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh setiap daerah.
"Dengan tujuan itu kita dilengkapi dengan instrumen negara yang di sebut dengan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda namun satu jua), artinya negara menghargai kesamaan hak masyarakat Papua sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," ucapnya.
Hal tersebut, lanjut dia, bisa dibuktikan dengan berbagai keberpihakan pemerintah pusat melalui kebjikan otonomi khusus (otsus) dan kaderisasi orang asli Papua pada beberapa jabatan strategis, baik struktural dan non struktural.
Yan Permenas mencontohkan dalam institusi TNI/Polri sudah mulai muncul beberapa Jenderal yang berasal dari orang asli Papua.
Untuk itu, ia mengajak seluruh masyarakat Papua, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh perempuan Papua, LSM dan mahasiswa/i Papua serta simpatisan untuk selalu mengedepankan dialog dalam menyelesaikan berbagai persoalan Papua.
Agar tidak menimbulkan aksi provokatif di masyarakat yang berakibat kerugian bagi kita sendiri.
"Saya juga mengajak seluruh elemen masyarkat Papua untuk aktif berkomunikasi lewat para pemimpin Papua termasuk saya sendiri sebagai legislator asal Papua, untuk kita duduk bersama memikirkan konsep terbaik membangun Papua kedepan dan menghindari pengaruh-pengaruh negatif yang dikaitkan dengan Isu Papua Merdeka karena akan semakin menyudutkan kita
dalam bingkai NKRI dan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu," ujarnya.
Lebih lanjut, Yan Permenas berharap pemerintah pusat terus membuka ruang dialog dengan seluruh elemen masyarakat Papua.
"Sebagai Anggota DPR RI utusan Papua dari Fraksi Partai Gerindra saya juga berharap pemerintah pusat terus membuka ruang dialog dengan seluruh elemen Masyarakat Papua, khususnya mahasiswa/i Papua untuk menghidari hal-hal yang tidak kita inginkan karena Papua merupakan bagian Penting dari NKRI yang wajib kita jaga bersama," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.