Masyarakat Kini Lebih Cemas Dampak Ekonomi akibat Covid-19 Ketimbang Kesehatan
Masyarakat kini lebih cemas pandemi Corona berdampak pada ekonomi ketimbang berdampak pada kesehatan.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Dewi Agustina
"Ketika pertama masyarakat aware dengan corona, di bulan Juni ada turning point, kecemasan terhadap virus mulai turun, tapi kecemasan terhadap kondisi ekonomi meningkat," katanya.
Berdasarkan penelitian eksperimental Denny JA dan Eriyanto tehadap 240 mahasiswa UI yang ditempatkan pada 8 kelompok responden secara acak kesimpulannya mereka lebih takut pada dampak ekonomi.
"Ketika diberikan treatmen mengenai dampak ekonomi mereka lebih takut ketimbang saat diberikan treatmen penyebaran virus terhadap kesehatan," katanya.
Baca: Cuma Minum Air Kelapa 6 Hari Berturut-turut, Perubahan Ini Akan Terjadi Dalam Tubuh!
Penelitian eksperimental tersebut diperkuat oleh hasil riset Voxpopuli Center.
Berdasarkan hasil riset 16 Mei sampai 1 Juni melalui sambungan telepon terhadap 1.200 responden, masyarakat lebih khawatir terhadap dampak ekonomi ketimbang kesehatan.
"Riset tersebut menemukan 67,4 persen lebih takut dampak ekonomi dibanding pandemi virus terhadap kesehatan yang hanya 25,3 persen," katanya.
Sementara itu kajian data lembaga riset internasional Gallup Poll yang melakukan survei di Amerika menemukan fakta bahwa terjadi perubahan kekhawatiran masyarakat dari yang awalnya takut pandemi virus menyerang kesehatan, menjadi khawatir pandemi berdampak pada ekonomi.
"Pada bulan April dan di minggu pertama Mei. Masyarakat di Amerika lebih banyak khawatir virus menyerang kesehatan mencapai 57 persen. Sementara yang khawatir virus berdampak pada ekonomi hanya 49 persen. Di pertengahan Mei atau 11-17 Mei, terjadi perubahan yakni yang khawatir terdapat dampak ekonomi 53 persen, sementara cemas terpapar virus 51 persen," tuturnya.
Dari kajian terhadap tiga data sekunder itu menurut Rully, LSI Denny JA menyimpulkan bahwa masyarakat kini lebih khawatir pandemi Corona berdampak pada ekonominya, ketimbang pada kesehatannya.
"Kecemasan publik atas kesulitan ekonomi kini melampaui kecemasan publik atas terpapar Corona," ia menjelaskan.
Baca: Prediksi Bayern Munchen vs Monchengladbach Bundesliga, Hansi Flick Waspadai Performa Lawan
Wakil Mendes PDTT Budi Arie Setiadi, saat Webminar Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat (LPEM) FEB UI, melalui virtual kemarin mengungkapkan inovasi dan gotong royong adalah kunci bagi pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi virus corona atau Covid 19.
"Dunia terancam kontraksi ekonomi hingga minus 7,2 pesen. Desa harus menjadi kekuatan utama bagi ketahanan ekonomi nasional," kata Wamendes Budi.
Budi Arie juga mengatakan, banyak tantangan di desa karena ada 13.577 desa yg belum memiliki akses internet.
Selain itu, ia juga menyebut ada 433 desa yang hingga saat ini belum dialiri listrik. Menurutnya, kesenjangan ini harus kita atasi bersama-sama.