Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Jenderal Bintang 3 TNI AD Pertama Asli Papua yang Pernah Jadi Buruh Pengaspal Jalan

Kisah bermula ketika putra daerah kelahiran Serui Papua 17 Juli 1962 itu lulus dari sebuah SMA di Jayapura

Penulis: Gita Irawan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Kisah Jenderal Bintang 3 TNI AD Pertama Asli Papua yang Pernah Jadi Buruh Pengaspal Jalan
YouTube TNI AD
Letnan Jenderal (Letjen) TNI Joppye Onesimus Wayangkau 

"Waktu proses pendaftaran ini saya tidak ada uang. Jadi saya saya kerja jadi buruh bangunan. Saya ikut buruh bangunan aspal jalan. Di Biak saya ikut sama orang-orang PU (Pekerjaan Umum) siram aspal di jalan, ngambil pasir," ungkap Joppye.

Saat tengah beristirahat di emperan toko pada sebuah siang yang terik di tengah pekerjaannya, ia melihat brosur seleksi pendidikan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) yang saat ini disebut Akademi Militer (Akmil).

Ketika melihat gambar di brosur tersebut Joppye merasa rendah diri.

Ia melihat gambar para siswa AKABRI terpampang di brosur tersebut mengenakan seragam yang menurutnya modern.

Joppye merasa dirinya hanya orang kampung yang tidak cocok dengan sekolah yang menurutnya tampak begitu modern.

"Cuma, saya baca persyaratan-persyaratan itu, justru tulisan yang paling bawah yang menarik saya. Karena tulisan itu, saya ingat, pendaftaran dan pendidikan tidak dipungut biaya. Terus saya berpikir, wah berarti ini kalau daftar tidak dipungut biaya. Kalau lulus sekolah tidak dipungut biaya. Yasudahlah saya coba daftar-daftar saja. Siapa tahu bisa masuk begitu," ungkap Joppye.

Setelah seluruh proses pendaftaran selesai, ia pun merasa bersyukur karena diterima tidak hanya di AKABRI namun juga di IPB dan Universitas Cenderawasih Manokwari.

Berita Rekomendasi

Karena pengumuman ketiga sekolah pilihannya tersebut dalam kurun waktu yang tidak begitu jauh, ia pun mengaku sempat bingung.

Namun pada akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke AKABRI karena proses pendaftaran dan pendidikan yang tanpa biaya.

Ketika lulus seleksi Joppye mengaku tidak langsung memberitahukan orang tuanya.

Joppye takut memberitahu orang tuanya karena dilarang untuk menjadi tentara.

Orang tua Joppye melarangnya karena pada saat ia kecil, neneknya tewas tertembak tentara ketika Indonesia masuk ke Papua di tahun-tahun awal kelahiranya yakni pada 1962.

"Jadi saya takut kalau saya beritahu orang tua, ini pasti mereka protes. Orang tua saya tahu itu setelah lebih dari enam bulan," ungkap Joppye.

Tidak hanya itu, ia pun baru pulang ke kampung halamannya setelah delapan tahun sejak ia masuk AKABRI dan setelahnya sempat ikut operasi di Timor Timur.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas