Faktor Pendidikan Dinilai Hambat Kemajuan SDM di Papua
Peneliti LIPI Profesor Adriana Elisabeth membeberkan sejumlah problem yang dihadapi Papua terkait isu SDM.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Local Heroes Network (LHN) kembali menggelar diskusi virtual bertema ‘SDM Papua Unggul, Indonesia Maju’ dengan menghadirkan pembicara senator Filep Wamafma, Profesor Adriana Elisabeth peneliti LIPI, Rini S Modouw Ketua yayasan Papua Muda, dan Pastor John Jonga Budayawan Tokoh Papua.
Founder LHN Edrida Pulungan saat membuka diskusi ini menatakan bahwa Papua memiliki masa depan yang luar biasa baik dari segi potensi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA). Dia pun berharap dengan adanya diskusi ini mampu menghadirkan solusi yang tengah dihadapi Papua saat ini.
“Diskusi ini diharapkan memberikan perspektif dan masukan yang bisa membuka berbagai cakrawala permasalahan serta solusi untuk memajukan SDM Papua,” katanya.
Dalam acara ini, dia juga turut menyampaikan puisi pembuka yang menandakan harapan bahwa Papua bisa sejahtera dan maju.
-
Baca: Kemunculan Orangutan Gegerkan Warga Namanteran Kabupaten Karo
-
Baca: Kabur dari RS, Pria Pengindap Gangguan Jiwa di Aceh Bakar Tiga Rumah Milik Orangtua dan Saudaranya
Sementara itu, Peneliti LIPI Profesor Adriana Elisabeth membeberkan sejumlah problem yang dihadapi Papua terkait isu SDM.
“Sekitar 60℅ masyarakat papua masih banyak tinggal di pedalaman yang jauh dari akses publik seperti kesehatan dan pendidikan,” katanya.
Menurutnya meskipun sudah banyak dibangun jalan-jalan untuk menghubungkan daerah itu. Namun hal tersebut masih banyak yang belum terjangkau. Selain itu, dia menyebutkan hal yang menghambat SDM papua untuk maju adalah adanya konflik bersenjata antara Kelompok Kriminal Bersenjata dengan TNI/Polri.
“Hal ini banyak menimbulkan persoalan psikososial bagi anak-anak Papua, seperti trauma, tidak bisa melanjutkan sekolah karena daerah konflik, dan masuknya narkoba,” pungkas dia.
Meski demikian, Adriana Elisabeth mengajak anak-anak muda Papua yang sudah sukses membagikan kisah suksesnya kepada anak-anak papua yang lain sebagai motivasi mereka untuk bisa lebih maju.
Adriana Elisabeth pun mendorong pemerintah agar menyediakan fasilitas pendidikan dasar bagi anak-anak papua di pedalaman, dan menyediakan fasilitas yang bersifat mobile mampu berkeliling dari daerah ke daerah lain agar bisa di akses.
Pada kesempatan yang sama, Ketua yayasan Papua Muda Rini S Modouw menyampaikan penelitian mengenai masalah psikologis orang-orang Papua yang masih belum banyak dilakukan.
Padahal menurutnya itu penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi dari akar masalah yang ada di papua.
Terkait masalah pendidikan, ia menyampaikan masih banyak anak anak Papua yang memiliki kekurangan dalam literasi baik baca maupun tulis.
“Hal ini karena pendidikan dasarnya masih banyak kekurangan di daerah pedalaman,” katanya.
Ia mengatakan perlu ada kolaborasi untuk menyelesaikan masalah pendidikan di papua. Terutama menurutnya faktor tenaga pendidik masih sangat di butuhkan di papua.
“Pendidik yang mengajar di papua juga harus mengerti kondisi etnografi Papua, hal ini untuk memahami budaya dan kebiasaan orang setempat,” jelasnya.Selanjutnya,
Selanjutnya, Budayawan Tokoh Papua Pastor Jhon mengatakan perjuangan masyarakat Papua untuk memajukan SDM papua memang masih belum terlalu bagus. Misalnya, tenaga pendidik di Papua juga masih kurang hal itu yang membuat pendidikannya masih sangat kurang baik.
“Fasilitas seperti listrik, internet, papan tulis, transportasi dari kampung ke kampung lain masih sangat susah. Maka dari itu ia menyampaikan harus menyentuh inti masalah jika ingin memajukan SDM Papua,” tadasnya.
Menurutnya masih banyak pejabat yang melihat apa yang terjadi di papua dari kacamata politis.
Padahal yang terjadi ialah masalah HAM, kesejahteraan sosial, dan keadilan sosial. Ia mengatakan orang papua ingin harkat dan martabatnya di hargai dan di hormati, dan menghilangkan rasisme yang terjadi pada orang papua.
“Pemerintah dalam menyelesaikan masalah papua harus menggunakan rekomendasi dari para peneliti LIPI karena sudah banyak dan bagus apa yang dilakukan para peneliti,” sarannya.
Pada sesi terakhir Senator DPD Filep Wamafma menjelaskan persoalan papua selalu dibiarkan menumpuk tidak diselesaikan.
Menurutnya, masalah SDM papua tidak lepas dari masalah pembangunan infrastruktur pendidikan di papua.
Selain itu, kurikulum yang ada di papua tidak bisa dipukul rata dengan kurikulum di luar daerah, harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi rakyat papua.
“Pemerintah harus menyadari apa yang menjadi kebutuhan dasar orang papua. Padahal sudah banyak rekomendasi dari LIPI tentang papua. Jika hal tersebut tidak dipakai maka akan menjadi hal yang sia-sia."