Wilayah Luas, Aher Usulkan Pelibatan Kampus Dalam Membangun Sistem Pertahanan Non-Konvensional
Mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengungkap pernah menemukan kasus adanya penyelundupan manusia ke pantai Jawa Barat
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengungkap pernah menemukan kasus adanya penyelundupan manusia ke pantai Jawa Barat yang gagal dicegah keamanan laut
Uniknya, orang asing yang masuk sebagai pengungsi tersebut malah disambut dengan gembira oleh para nelayan di pesisir utara Jawa Barat.
“Mereka mengira kedatangan turis mancanegara. Padahal yang datang pengungsi dari Timur Tengah” ujar Kang Aher, sapaan akrab Ahmad Heryawan.
Baca: Update Corona Jawa Barat 13 Juli 2020: 5.077 Positif, 186 Meninggal, dan 1.877 Sembuh
Hal ini disampaikan Kang Aher ketika memberi tanggapan dalam sesi Seminar Online “Membangun Industri Pertahanan 4.0” yang diselenggarakan The Indonesia Democracy Institute (TIDI), Senin (13/7/2020).
Dalam kesempatan tersebut, pria yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat dua periode (2008-2018) tersebut tak lupa mengapresiasi agenda reformasi militer yang menurutnya cukup berhasil.
Keberhasilan ini menurut Aher perlu dilanjutkan dengan upaya melakukan pembenahan pertahanan, khususnya kelengkapan alusista dan persediaan personil yang memadai.
“Wilayah laut kita sangat luas. Sulit sekali dijaga dengan kesediaan personil saat ini," kata Aher.
Baca: Penjelasan KPK Terkait Penggeledahan di Kota Banjar Jawa Barat
Keterbatasan ini membuat wilayah teritori Indonesia sangat rentan disusupi penyelundapan, baik manusia maupun barang terlarang serta pencurian kekayaan laut Indonesia.
Aher kemudian menanyakan kepada narasumber strategi dalam menyeimbangkan jumlah personel terbatas dengan luas wilayah yang harus dijaga.
“Dengan keterbatasan jumlah personil yang ada, pelibatan perguruan tinggi dalam mengembangkan teknologi pertahanan yang murah, efisien dan efektif dalam menjaga teritori wilayah perlu dilakukan secara lebih serius. Misal dengan mengembangkan teknologi artificial intelligence dan surveillance," tambahnya.
Evan Laksmana, peneliti CSIS, mengakui bahwa saat ini antara alusista konvensional dan non konvensional sudah sulit untuk dipisahkan.
Baca: Beli Skutik Honda Genio di Jawa Barat, Dapat Diskon Harga Rp 600.000
Keduanya dibutuhkan dalam pertahanan di era saat ini.
“Kita perlu sistem pertahanan yang dapat mendeploy keduanya secara tepat," ujar Evan.
Evan menambahkan pengembangan teknologi pertahanan membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
Perlu ada upaya melakukan riset dalam waktu yang lama serta kerjasama berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi.
Ketika produk sudah berhasil diciptakan melalui riset, maka harus ada komitmen negara mengalokasikan anggaran pertahanan untuk membeli teknologi tersebut.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.