Jokowi Disebut Ingin Menaikkan Popularitas Prabowo Subianto
Menurut Ray, kepercayaan yang diemban Prabowo sekaligus menguji pengalaman sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto terus menunjukan 'kemesraan' di hadapan publik.
Terbaru, saat Presiden Jokowi memberikan kepercayaan kepada Prabowo untuk menjadi leading sektor pertanian di Kalimantan Barat.
Keduanya naik helikopter menuju Kalimantan Tengah melihat dari dekat lahan yang akan digunakan untuk menanam bahan pangan.
Menanggapi hal itu, Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai, apa yang dilakukan oleh Jokowi bukan tanpa sengaja.
Baca: Tunjuk Prabowo Pimpin Proyek Lumbung Pangan, Joko Widodo: Pertahanan Itu Juga di Bidang Pangan
Baca: Prabowo Pimpin Proyek Lumbung Pangan Nasional di Kalteng, Jubir Menhan hingga DPR Beri Respon
Menurut Ray, kepercayaan yang diemban Prabowo sekaligus menguji pengalaman sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia.
"Tapi, di luar kelayakan argumen itu, pilihan ini tak lepas dari jalinan makin dekatnya hubungan personal Jokowi dengan Prabowo," kata Ray kepada Tribunnews.com, Rabu (15/7/2020).
Ray menyebut, ada kesan kuat Jokowi mulai menonjolkan Prabowo.
Terlebih, masuk ke sektor yang berhubungan langsung langsung dengan kebutuhan publik.
Bahkan kebutuhan sangat strategis yakni kebutuhan pangan masyarakat.
"Dengan sendirinya, jabatan baru ini akan menarik Prabowo ke persoalan harian masyarakat," jelas Ray.
Selain itu, Ray mengatakan, tugas baru itu membuat Prabowo bahkan bisa tampil tiap hari untuk menjelaskan langkah atau tindakan pemerintah dalam menghadapai ancaman kelangkaan pangan nasional.
"Bila hasilnya memadai, secara otomatis akan menaikan popularitas Prabowo. Dan, tentu saja, jika sebaliknya akan juga dapat memudarkan namanya," ujar Ray.
"Jokowi dan Prabowo melihat bahwa jabatan Menhan memang bergengsi. Tapi tidak populer," tambahnya.
Ray juga menyebut, pengalaman 6 bulan terakhir ini menegaskan itu.
Nama Prabowo redup, sekalipun tidak jatuh.
Popularitas dan elektabilitasnya hanya berkutat di angka 20 persen.
Sementara pesaingnya, yang lebih muda, popularitas dan elektabilitasnya cukup dinamis.
Maka, Prabowo membutuhkan jabatan yang bukan saja strategis atau bergengsi tapi juga memberi dampak pada popularitas.
"Saya kira, jabatan ini bagian dari upaya mendongkrak kembali popularitas Prabowo oleh Pak Jokowi. Jadi, kita tunggu langkah apa saja yang akan dilakukan oleh pak Prabowo ke depan," tutup Ray.