Hadiri Milad PBB, Hasto Ajak Anak Bangsa Kembangkan Tradisi Intelektual
Hasto mengatakan pihaknya mengajak agar seluruh anak bangsa mengembangkan tradisi intelektual. Khususnya menyangkut Pancasila dan Islam di Indonesia.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Malvyandie Haryadi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di hadapan peserta perayaan milad ke-22 Partai Bulan Bintang (PBB), Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan pihaknya mengajak agar seluruh anak bangsa mengembangkan tradisi intelektual. Khususnya menyangkut Pancasila dan Islam di Indonesia.
Hasto mengaku, sebelum menghadiri perayaan ultah PBB yang dilaksanakan di kantor pusatnya di Jakarta Selatan, Sabtu (18/7/2020), dirinya berpamitan ke Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Presiden RI Kelima itupun menitipkan salam sekaligus ucapan selamat ulang tahun kepada PBB.
Baca: Hadiri Milad PBB, Hasto Sampaikan Kesatupaduan Gotong Royong Islam-Kebangsaan Melalui Pancasila
Selain itu, Megawati juga menitipkan buku untuk disampaikan sebagai oleh-oleh untuk PBB.
"Karena apa? Karena pendiri negeri inipun melaksanakan semuanya dimulai dari sebuah tradisi intelektual luar biasa. Dimana peradaban dunia, agama, ideologi, semua dikontemplasikan sesuai natur bangsa kita sebagai bangsa timur, agraris, negara kepulauan, maka lahirlah Pancasila yang harusnya tidak perlu dipersaoalkan lagi," kata Hasto.
Hal itu menjadi penting karena belakangan ini banyak pihak yang bertindak atas nama kepentingan politik tanpa mendalami dulu apa yang sebenarnya terjadi.
Baca: Hasto: Pembantu Presiden Harus Sigap dan Memiliki Kepemimpinan yang Bagus
Khususnya yang membenturkan Pancasila, Islam, dan menyangkut Bapak Proklamator RI Soekarno.
Padahal, seperti disampaikan Bung Karno, Pancasila adalah sebagai lead star atau bintang penunjuk arah bangsa ke depan.
Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahenda menyebut Pancasila adalah falsafah dasar berdirinya bangsa Indonesia, dan PDIP juga sepaham dengan itu.
Atas 'kepeloporan bintang’ Pancasila itu pula, Indonesia di era Bung Karno melaksanakan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955, dimana setahun kemudian bangsa Islam Maroko merdeka.
Pakistan memperoleh bantuan militer dari Indonesia untuk merdeka sepenuhnya dari Inggris Raya.
Walau dalam kesehariannya Bung Karno menampilkan jati diri kebangsaan, namun dalam dirinya Bung Karno adalah Islam sejati yang selalu melaksanakan salat lima waktu.
Bahkan di negeri komunis Uni Sovyet, Bung Karno mensyaratkan negeri itu mencari dan memugar dulu makam Imam Bukhari sebagai syarat kehadiran Bung Karno ke negeri tersebut.