Masyarakat Indonesia Hanya Menjadi Konsumen dari Kemajuan Teknologi Digital
Saat ini pola e-commerce Indonesia sebagian besar masih memperdagangkan barang-barang impor.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Budi Arie Setiadi meyakini digitalisasi desa dapat mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap produk impor di era e-commerce.
Saat ini pola e-commerce Indonesia sebagian besar masih memperdagangkan barang-barang impor.
"Artinya masyarakat Indonesia hanya menjadi konsumen dari kemajuan teknologi digital ini,” ujarnya saat menjadi narasumber pada kuliah umum Akademi Desa 4.0 di Jakarta, Jumat (17/7/2020).
Desa-desa di Indonesia sebenarnya memiliki produk-produk yang tidak kalah menarik dan berkualitas dibanding barang-barang impor.
Baca: BLT Dana Desa Menjadi Bantalan Terakhir Bagi Warga yang Tidak Mendapatkan Bansos
Hanya saja, lanjut Budi Arie, sebagian besar desa masih belum maksimal dalam memasarkan produk unggulannya.
Budi menjelaskan, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memasarkan produk desa secara maksimal adalah dengan melakukan digitalisasi desa.
“Satu kesimpulan paling mendasar dari ekosistem e-commerce adalah soal marketing. Banyak produk desa bagus-bagus, tapi terkendala di persoalan marketing,” ujarnya.
Budi mengungkapkan, sebanyak 13.577 desa yang belum memiliki akses internet.
Hal ini kemudian menjadi kendala dalam membangun digitalisasi di desa-desa.
Budi berharap pembangunan infrastruktur telekomunikasi di seluruh desa dapat segera terealisasi.
“Saya sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, agar pembangunan infrastruktur telekomunikasi di desa-desa yang belum ada akses internet bisa segera terwujud,” ujarnya.
Terkait hal tersebut, menurutnya, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tengah melakukan kerjasama dengan PT Telekomunikasi Indonesia untuk membuat beberapa desa percontohan smart village.
Rencananya, uji coba smart village ini akan dilakukan di beberapa daerah seperti Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pangandaran, dan Yogyakarta.
“Kita harap nanti bisa ketemu modelnya. Semoga pertengahan Agustus ini bisa kita launching (luncurkan). Setelah itu bisa kita replikasi di seluruh desa sesuai potensinya masing-masing,” ujarnya.