Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Konsumsi Susu Kental Manis, Gizi Anak Terancam

Msih banyak daerah-daerah lainnya yang sama seperti nenek Amah yang tidak tahu bahwa susu kental manus (SKM) itu tidak baik untuk dikonsumsi anak-anak

Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Konsumsi Susu Kental Manis, Gizi Anak Terancam
Net
Foto Ilustrasi Susu Kental Manis 

Kedua orang tuanya, Komang Suryawan (34) dan Komang Suarsih (20) mengungkapkan, bayinya mengalami gizi buruk. Hal itu terungkap saat keduanya memeriksakan kondisinya di RSUD Unaaha, 2019 lalu.

Komang, yang bekerja sebagai buruh sawah mengatakan, penghasilannya sebagai buruh, membuatnya hanya bisa membeli susu formula hingga dia berusia 8 bulan. "Harga susu anak terlalu mahal bagi saya. Kadang ada uang kadang tidak, jelas Komang.

Agar anaknya tetap bisa mendapat asupan gizi, dia nekat membelikan anaknya kental manis kaleng. Apalagi kondisi istrinya, tak memiliki asupan ASI yang cukup banyak sejak dia melahirkan. Akibatnya, anaknya jadi menderita gizi buruk dan tidak tumbuh normal seperti bayi lainnya.

Menanggapi hasil temuan YAICI dan di Konawe itu, dokter spesialis anak yang juga tim ahli Satgas Covid-19 Tangerang Selatan (Tangsel) Tubagus Rachmat Sentika, membenarkan bahwa susu kental manis (SKM) tidak untuk diberikan kepada anak-anak, baik untuk pelezat makanan apalagi untuk pengganti ASI.

“Karena kandungan gulanya yang tinggi, kental manis tidak baik untuk anak-anak. Anak yang meminum kental manis akan mengalami kegemukan, gigi keropos dan tidak sehat,” katanya.

Mantan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan itu mengungkapkan calon ibu perlu memperhatikan gizi lengkap dan seimbang seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air.

Sebab hal itu akan mempengaruhi bayi mereka yang akan lahir kelak.

Berita Rekomendasi

“Baik bayi, balita, ibu hamil, sampai lansia semuanya memerlukan gizi, cuma bentuknya berbeda-beda. Kalau bayi itu bentuknya cair makanan pendamping ASI tapi setelah 6 bulan 1 tahun harus ditambahkan dengan makanan-makanan lain,” kata dr. Tubagus Rachmat Sentika.

Khusus untuk ibu hamil, dia menuturkan yang perlu diperhatikan adalah pembentukan organ-organ setelah 8 minggu atau 4 bulan 10 hari. Di sini sangat dibutuhkan asam folat, tablet zat besi (Fe) untuk pembentukan 25 persen perkembangan otak calon bayi. Setelah 2- 3 tahun otak anak akan berkembang menjadi menjadi 80 persen dan setelah 6 tahun jadi 95 persen.

“Ini yang dinamakan golden period, yaitu masa emas atau 1000 hari pertama kehidupan atau masa-masa pembentukan otak. Karena itu, protein asam amino harus cukup, karbohidrat cukup, semua harus cukup," paparnya.

Rachmat menjelaskan, selanjutnya, harus dipantau sesuai dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
berat badan bayi normal waktu lahir 3 kg, kemudian pada usia 1 tahun menjadi 9 kg atau 3 kali berat badan lahir. 5 atau 6 bulan 2 kali berat badan lahir atau 9 kg dan 3 tahun seharusnya 11 kg lebih.

"Tentunya, semua ada grafiknya untuk menjadi panduan dan antisipasi pada pertumbuhan anak. Kalau dia di bawah garis merah, jadi gizi buruk dan nanti setelah 3 tahun jadi stunting,” katanya.

Dia juga mengkritisi langkah Kemenkes yang membiarkan pemberian makanan tambahan berupa biskuit dan SKM dalam setiap sembako yang diberikan kepada masyarakat.

Menurutnya, keduanya itu tidak bisa digunakan untuk anak yang mengalami gizi buruk.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas