Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Model Pendidikan Partisipatif dan Memerdekakan Harus Didorong

Alternatif Susilo Adinegoro menilai apapun terobosan untuk melibatkan masyarakat dalam pendidikan patut diapresiasi.

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Model Pendidikan Partisipatif dan Memerdekakan Harus Didorong
SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
Foto ilustrasi. 

Seperti diketahui, Program Organisasi Penggerak dan Guru Penggerak merupakan episode 4 dan 5 Kebijakan Merdeka Belajar Kemdikbud.

Dalam kedua program ini, pemerintah melibatkan organisasi masyarakat dan para guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Untuk bisa terlibat, berbagai rangkaian seleksi ketat dilakukan.

Belakangan Program Organisasi Penggerak menuai perdebatan setelah pemerintah mengumumkan para pemenangnya. Adapun Program Guru Penggerak saat ini masih dalam proses pendaftaran.

Menurut Susilo, konsep Merdeka Belajar yang digagas Ki Hadjar Dewantara sangat kontekstual dan perlu dijalankan pemerintah. Dalam konsep itu, tujuan utama pendidikan adalah memerdekakan semua yang terlibat.

Pendidikan menjadi upaya terpadu yang disengaja untuk memerdekakan lahir dan batin manusia dan mampu menyatukan budi (pikiran) dan pekerti (tenaga) sehingga menciptakan harmonisasi individu dengan lingkungan sosialnya. Kemerdekaan seseorang juga tidak dapat mengganggu kemerdekaan orang lain.

“Tidak mungkin anak merdeka jika orang dewasa, guru, legislator dan eksekutif belum merdeka cara berpikir dan bertindaknya,” kata dia.

Susilo menegaskan, pendidikan juga tidak boleh dikotak-kotakan dengan istilah formal dan non-formal. Hakikat pendidikan adalah menuntun setiap pembelajar menemukan dirinya sebagai manusia utuh yang tumbuh berkembang untuk memuliakan kehidupan. Adapun formal dan non-formal hanyalah cara dan metode mencapai tujuan itu.

BERITA REKOMENDASI

“Sebagian besar masyarakat, termasuk saya, merupakan produk pendidikan yang tidak merdeka dimana siswa dibelenggu kemauan pemerintah,” kata Susilo.

Akibatnya, pendidikan melahirkan profil siswa yang tidak kritis dengan nalar pendek dan sulit beradaptasi dengan realitas yang ada.

Direktur Indonesia Mengajar, Ayu Apriyanti sebelumnya menilai keberagaman organisasi penggerak menjadi bukti gotong-royong memajukan pendidikan nasional. Ia berharap program ini bisa jadi aksi konkret gotong royong masyarakat untuk pendidikan Indonesia.

“Sejak awal ini bukan tentang Organisasi Penggerak tapi tentang anak-anak Indonesia, kami berharap pendidikan anak Indonesia bisa selalu jadi tujuan akhirnya,” kata Ayu.

Dia memperkirakan, akan ada banyak warna yang turut melukis kemajuan pendidikan di Indonesia. Keberagaman berbagai pihak yang terlibat juga menjadi gambaran bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak.

“Akan ada banyak pembelajaran di sepanjang proses dan kami yakin, selain anak-anak, guru dan kepala sekolah, siapapun yang terlibat akan ikut bertumbuh ketika menjalankan program ini,” pungkas Ayu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas