Menteri PPPA: Perempuan Berkontribusi Rebut Kemerdekaan Indonesia
Bintang Puspayoga menyatakan, peran perempuan dalam rangka mengisi kemerdekaan dan pembangunan sangat dibutuhkan.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga menyatakan, peran perempuan dalam rangka mengisi kemerdekaan dan pembangunan sangat dibutuhkan.
Kaum perempuan juga ikut berperan merebut kemerdekaan Indonesia.
“Dalam perjalanan panjang untuk mencapai Kemerdekaan Indonesia, tidak terlepas dari peran penting perempuan-perempuan Indonesia yang berjuang mempersembahkan jiwa dan raganya, baik di garis depan maupun garis belakang pertempuran,” ujar Menteri Bintang, Minggu (9/8/2020).
Dalam Webinar “Maju dan Merdeka” Refleksi HUT RI Ke-75 Perspektif Perempuan yang diselenggarkan Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan, Bintang berujar keberhasilan pembangunan manusia dinilai dari terciptanya ruang dan kesempatan yang setara baik perempuan maupun laki-laki dalam seluruh aspek kehidupan.
Baca: Warga Jakarta Diminta Tak Gelar Lomba Panjat Pinang Saat 17 Agustus
Menjelang Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI bulan Agustus ini, Menteri Bintang mengajak seluruh masyarakat memperkuat peran perempuan dan kesetaraan gender demi kemajuan bangsa Indonesia.
Dia mengatakan, perjuangan perempuan dalam menuju kesetaraan dapat dimulai dari memberikan kesempatan kepada perempuan untuk menyuarakan dan didengar pendapatnya dimulai dari lingkup terkecil, yaitu keluarga.
Baca: Tradisi Baru Perayaan HUT Kemerdekaan RI, Masyarakat Diminta Serentak Nyanyikan Lagu Indonesia Raya
"Akan sangat baik jika perempuan tidak hanya didengar pendapatnya, tetapi juga diberikan kesempatan untuk menempati posisi strategis atau bahkan menjadi pemimpin,” lanjut Menteri Bintang
Menurut Menteri Bintang, ada cara sederhana yang dapat dilakukan, seperti pelibatan pendapat perempuan di dalam pembuatan keputusan di dalam rumah tangga, lingkungan bermasyarakat, organisasi, pemerintahan terkecil seperti kepala desa, maupun tempat kerja.
Baca: Ada Pandemi, Paskibraka 2020 Berlatih dengan Protokol Kesehatan Ketat
Dia meyakini meskipun dengan cara sederhana, jika dilakukan bersama-sama dan terus menerus, dapat menimbulkan kepercayaan masyarakat sehingga terbentuk konstruksi sosial yang akan berpihak pada kaum perempuan.
“Besar harapan saya muncul kesadaran, upaya, partisipasi dan keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat dalam mendukung tujuan kita bersama yaitu pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. Karena hanya dengan menyatukan kekuatan dan mengesampingkan ego masing-masing, hal tersebut dapat tercapai,” tambahnya.
Berbicara tentang makna kemerdekaan dari perspektif perempuan, Ketua Pusat Studi Islam, Perempuan, dan Pembangunan (PSIPP) ITB Ahmad Dahlan Jakarta, Yulianti Muthmainnah mengajak untuk mempertanyakan kembali dengan berkaca pada situasi dan posisi perempuan saat ini yang rentan mengalami kekerasan.
Angka kekerasan terhadap perempuan masih tinggi bahkan naik setiap tahunnya.
“Kita bisa melihat bahwa angka kekerasan terhadap perempuan grafiknya selalu naik tiap tahun, sehingga kita bisa mengatakan apakah perempuan itu bisa merdeka kalau dia mendapatkan kekerasan baik di dalam rumah tangga maupun di wilayah publik? Tentu tidak, budaya membuat perempuan terbelenggu sehingga situasi perempuan tidak mengalami banyak kemajuan,” ujar Yulianti yang juga menjadi narasumber dalam webinar.
Yulianti mengatakan PSIPP telah melakukan survei pada 200 mahasiswa dan mahasiswi di ITB Ahamd Dahlan.
Hasil survei menunjukkan, di samping terpenuhinya hak dasar perempuan sebagai manusia, merdeka bagi perempuan juga berarti posisi sejajar atau setara antara perempuan dan laki-laki, adanya penghormatan pada perempuan, dan memanusiakan perempuan, serta non diskriminasi.
“Perempuan harus sejajar dengan laki-laki dan bisa mengaktualisasikan rasa kebangsaannya," katanya
Berdasarkan tanggapan dari para responden posisi yang sejajar itu harus dibangun dari rumah tangga. "Perempuan bukan pelayan dan tidak ada relasi kuasa di dalam rumah tangga," katanya.
"Penghormatan pada perempuan berarti merubah paradigma, bahwa perempuan harus dipandang sebagai makhluk terhormat, akalnya sempurna, dan bukan objek seks. Memanusiakan perempuan yaitu kecerdasan dan keahliannya diakui, serta perempuan mendapat perlakuan yang tidak membeda-bedakan,” jelas Yulianti.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.