Ustad Abdul Somad Ingatkan Dosa Besar Pembalakan dan Pembakaran Lahan
Upaya untuk melestarikan lingkungan dan menghindari kebakaran lahan melibatkan ulama
Penulis: Yulis
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya untuk melestarikan lingkungan dan menghindari kebakaran lahan melibatkan ulama.
Ustadz Abdul Somad (UAS) mengingatkan bahwa perilaku pembalakan hutan secara liar dan masif merupakan perbuatan dzalim yang dibenci Allah SWT.
Mengutip ajaran Nabi Muhammad SAW, UAS mengatakan siapapun yang merusak pohon dan alam seisinya untuk kepentingan pribadi memperkaya diri sendiri akan mendapatkan hukuman neraka.
“Siapapun yang memotong sebatang pohon kayu, (maka akan-red) disungkurkan Allah kepalanya dalam api neraka. Satu batang pohon kayu. Bagaimana kalau dia memotong ratusan hektar hutan? Bagaimana dosa dia? Bagaimana pahala-pahala ibadahnya itu diambil oleh orang-orang yang dianiaya?,” kata UAS saat bersilaturahmi ke Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (26/8/2020).
Baca: Kebun Kelapa Sawit Milik Nurhadi di Sumatera Utara Disegel KPK, Warga Dilarang Masuk Areal Lahan
Selain itu, perilaku pembukaan hutan dan lahan yang dilakukan dengan cara dibakar juga merupakan perbuatan dosa, sebab hal itu dapat memberikan dampak buruk yang besar bagi masyarakat luas bahkan hingga negara lain. Selain menimbulkan banyak korban, nama baik sebuah negara juga menjadi tercoreng.
“Jaga dirimu dari api neraka. Jangan sampai kau buat dzalim, aniaya. Bukan satu orang bukan satu keluarga yang kena, satu provinsi. Kalau dia bakar hutan bahkan asapnya sampai ke luar negeri. Nama bangsa kita rusak,” jelas UAS.
Di sisi lain, UAS juga mengajak masyarakat untuk selalu meningkatkan kesadaran bahwa seharusnya manusia memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap keberlangsungan hidup, kelestarian lingkungan serta alam semesta yang menjadi bagian dari ciptaanNya.
Baca: Peringatan Dini BMKG Kamis, 12 Desember 2019: Wilayah Berpotensi Gelombang Tinggi & Kebakaran Lahan
Sebagai manusia yang ditakdirkan lahir besar di Indonesia, sudah seharusnya masyarakat Indonesia dapat menggunakan akal pikiran untuk memahami bahwa selain keindahan dan kekayaan alam, wilayah Nusantara juga memiliki ragam peristiwa alam yang terus berulang dan berpotensi menjadi bencana.
Sehingga dalam hal ini, UAS berharap agar manusia dapat mengurangi risiko bencana dengan cara mencinta, merawat dan menjaga alam semesta seisinya.
"Betapa ilmu pengetahuan menjawab bahwa tsunami ini sesungguhnya sudah terjadi berkali-kali, bukan sekali. Maka ilmu pengetahuan menyadarkan kita, membantu kita, menolong kita dengan akal manusia pemberian Allah SWT bagaimana ke depan kita lebih cerdas,” kata UAS.
“Sehingga kalau pun dia terjadi, maka korban bisa lebih minim. Dan kemudian kita bisa lebih cinta sayang kepada alam,” pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.