M. Nuh Kenang Sosok Mendiang Malik Fadjar: Selama Jadi Menteri Tak Pernah Buat Statement Kontroversi
Menurut M Nuh mendiang Malik Fadjar telah banyak menanam kebaikan di dunia, terutama di bidang keumatan.
Penulis: Reza Deni
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Pendidikan Nasional sekaligus Tokoh Muhammadiyah Malik Fadjar wafat pada Senin (7/9/2020) malam.
Sejumlah tokoh datang menyambangi rumah duka yang berada di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Satu di antaranya yakni M. Nuh, yang merupakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan setelah mendiang Malik.
Menurutnya, mendiang Malik telah banyak menanam kebaikan di dunia, terutama di bidang keumatan.
"Kesimpulannya saya dapat beliau adalah orang yang sangat baik, beliau selama jadi menteri tidak pernah mengeluarkan satu statement yang menimbulkan kontroversi, beliau tahu mana yang susbstansi mana yang bukan substansi," kata M. Nuh saat berada di rumah duka, Selasa (8/9/2020).
Baca: PROFIL Abdul Malik Fadjar: Tokoh Muhammadiyah, Mantan Menteri Pendidikan Nasional di Era Gus Dur
Baca: Abdul Malik Fadjar, Tokoh Bangsa yang Peduli terhadap Dunia Pendidikan Itu Berpulang
Kedekatan M. Nuh dan Malik bukan hanya saat mereka menjabat menteri, tetapi juga setelah jabatan itu dilepaskan.
"Setiap kali saya berkunjung ke kementerian, silaturahmi dengan beliau, hampir selalu saya diajak makan di ruang pribadinya beliau. Ngobrol macam-macam, itu bagian dari proses pendidikan bagi saya, dan terakhir sebagai dewan penyantun di UNS Solo. Saya sebagai ketua dewan penyantun dan bagian dari dewan penyantun itu," lanjutnya.
Baca: BREAKING NEWS: Eks Menteri Sekaligus Tokoh Muhammadiyah Abdul Malik Fadjar Meninggal Dunia
Warisan dari seorang Malik menurutnya sangat banyak, bahkan tak terhitung, seperti di bidang pendidikan, terutama yang menyangkut Muhammadiyah.
"Baik yang UMM Malang dan yang ada di mana-mana. Beliau itu pemikir, sehingga dari situlah saya nyaman bergaul dengan beliau, karena lempeng dan beliau pemikir dan selalu banyak ide-ide yang genius, terutama di pendidikan, keagamaan, sosial," katanya.
"Oleh karena itu, saya merasa kehilangan dan saya memandang beliau sebagai orang tua saya dan sebagai guru saya," pungkas M. Nuh