Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jakob Oetama di Mata Mantan Direktur Kelompok Tribun Network: Sederhana dan Pembela Orang Kecil

Saya dan kita semua kalangan pers wajar sangat kehilangan atas wafatnya Pak Jaob Oetama.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Jakob Oetama di Mata Mantan Direktur Kelompok Tribun Network: Sederhana dan Pembela Orang Kecil
TRIBUNNEWS.COM/Bian Harnansa
[FILE FOTO] - Presiden Komisaris Kompas Gramedia, Jakob Oetama, memberi sambutan saat menerima kenang kenangan dari sejumlah seniman Yogyakarta di dampingi Patung Lilin Pak Jakob pada peringatan 30 Tahun Bentara Budaya di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (26/9/2012). Peringatan 30 tahun lembaga kebudayaan milik Kompas Gramedia mengangkat tema besar 'Slenco' untuk melihat Indonesia dari sisi hati nurani. (TRIBUNNEWS.COM/Bian Harnansa) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saya dan kita semua kalangan pers wajar sangat kehilangan atas wafatnya Pak Jaob Oetama.

Saya khawatir dari apa yang kita miliki para pelaku pers saat ini, tidak ada lagi seperti Pak Jakob. Dia pergi,
tidak meninggalkan sesuatu lagi yang ada pada orang lain.

Apa itu? Jawabannya adalah nilai-nilai falsafah atau sikap batin jurnalistik. Beliau sederhana, jujur dan
penuh integritas, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan segala persoalannya. Itu hampir tidak ada
pada orang media saat ini. Itulah hal yang sangat menarik pada diri almarhum.

Saya mengenal pak Jakob Oetama lebih dari 40 tahun. Saat saya masih kuliah di Universitas Indonesia,
Pak Jakob adalah dosen, dan saya muridnya.

Baca: Lilik Oetama Kenang Jakob Oetama: Permintaan Gesper Bermerek Tidak Pernah Kesampaian

Dulu saya belum begitu kenal. Saat beliau mengajar, saya tertarik betul. Hal yang paling saya ingat adalah beliau pandai ngomong. Pintar merangkai kata.

Teratur, sopan santun seperti ustaz atau pastor.Referensi atau footnote luar biasa banyak.

Setamat kuliah, saya bergabung sebagai Wartawan Harian Kompas, 39 tahun silam. (Herman Darmo
purna karya dari Tribun Network – Kompas Gramedia pada 30 Juni 2020, Red). Saat awal menjadi
wartawan, tidak begitu banyak interaksi dengan almarhum.

Baca: Lagu Ibu Pertiwi Iringi Upacara Pelepasan Almarhum Jakob Oetama ke Peristirahatan Terakhir

BERITA REKOMENDASI

Saya kenal secara dekat saat Wartawan Kompas Parakitri Tahi Simbolon, mendapat tugas belajar ke
luar negeri. Saat itu, Parakitri membawa saya ke Pak Jakob untuk mengisi jabatan di Litbang Kompas
yang ditinggalkan Parakitri.

“Saya setuju you (Herman Darmo) yang menggantikan kamu (Parakitri Simbolon). You cocok di sini.
Sebab kakek-nenek you kuli kontrak kuli kontrak kan?” begitu kaimatnya Pak Jakob. Kakek-nenek saya
memang di Suriname.

Saya baru semakin pakam akan nilai-nilai keberpihakan Pak Jakob Oetama pada orang kecil. Prinsipnya
tentang “menghibur yang papa dan mengingatkan yang mapan” benar adanya.

Baca: Penghormatan Terakhir JK untuk Sang Kawan Jakob Oetama: Beliau Tokoh Media yang Hebat

Dulu wartawan Kompas, memang benar-benar diselidiki sampai latar-belakang keluarganya. Calon wartawan tidak boleh anaknya
pembesar. Pejabat. Orang kaya.

Biasanya wartawan yang diterima, orang-orang kecil dan anak-anak petani, yang keluarganya menderita. Itu dulu.


Nah sekarang, itu hilang.

Berpihak kepada orang kecil. Ini juga beliau lakukan, dengan falsafah manusia, kemanusiaan dengan
segala masalahnnya. Kemanusiaan itu perlu agar kita mengerti maknanya. Hikmahnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas