Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Moeldoko Sebut Ancaman Kebangkitan PKI Kental dengan Ambisi Pribadi

isu ancaman kebangkitan PKI yang ramai sekarang ini kental dengan kepentingan dan ambisi pribadi seseorang.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Moeldoko Sebut Ancaman Kebangkitan PKI Kental dengan Ambisi Pribadi
Tangkap Layar YouTube/Najwa Shihab
Moeldoko Akui Ada Strategi di Balik Video Kemarahan Jokowi: Udah Nggak Usah Dilanjutkan 

TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Kepala Staf Presiden Moeldoko menilai bahwa isu ancaman kebangkitan PKI yang ramai sekarang ini kental dengan kepentingan dan ambisi pribadi seseorang.

Hal itu diucapkan Moeldoko dalam wawancara KSP dengan tema refleksi Kesaktian Pancasila, Kamis, (1/10/2020).

"Saya melihat lebih cenderung ke situ (kepentingan pribadi)," kata Moeldoko.

Untuk diketahui Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo menyebut bahwa ada kebangkitan komunisme di Indonesia.

Menurut Gatot bangkitnya Partai Komunis Indonesia gaya baru, terendus semenjak tahun 2008.

Sebagai orang yang juga pernah menjabat Panglima TNI, Moeldoko mengaku paham mengenai DNA yang dimiliki prajurit TNI yang harus membangun kewaspadaan. Mulai dari DNA intelejen, DNA kewaspadaan, DNA antisipasi, dan seterusnya.

Seharusnya menurut Moeldoko kewaspadaan yang dibangun bertujuan untuk mententramkan masyarakat, bukan malah sebaliknya.

Berita Rekomendasi

"Saya tidak ingin menyebut nama, tetapi kan tujuannya membangun kewaspadaan. Kewaspadaan kita bangun untuk menenteramkan keadaan. Bukan malah untuk menakutkan. Bedanya disitu," katanya.

Moeldoko yang menjabat Panglima TNI sebelum Gatot, mengatakan bahwa semasa aktif di militer, seorang Prajurit TNI terikat pada sapta marga dan sumpah prajurit. Setelah pensiun kadar sapta marga dan sumpah prajurit tersebut terkikis karena tidak terikat.

"Begitu seseorang pensiun, maka otoritas atas pilihan-pilihan itu melekat pada masing-masing orang. Kalau kepentingan tertentu itu sudah mewarnai kehidupan yang bersangkutan, maka saya jadi tidak yakin kadar Saptamarga-nya masih melekat seratus persen karena dipengaruhi kepentingan-kepentingan. Tergantung dari orang yang bersangkutan. Seseorang bisa berbeda kalau sudah bicara politik, bicara kekuasaan, bicara achievement, karena ada ambisi," katanya.

Sesama purnawirawan biasanya menurut Moeldoko selalu saling mengingatkan bahwa sapta marga dan sumpah prajurit tersebut tidak boleh lepas begitu saja. Namun masalahnya himbauan tersebut selalu berbenturan dengan kepentingan yang dimiliki masing-masing orang.

"Kalau itu berkaitan dengan kepentingan, tidak ada otoritas kita untuk bisa melarang. Masing masing sudah punya otoritas atas dirinya," pungkasnya.

Sebelumnya Mantan Panglima TNI yang juga Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Gatot Nurmantyo menduga tentang bangkitnya komunisme di Indonesia.

Gatot menyebut, bangkitnya Partai Komunis Indonesia gaya baru, terendus semenjak tahun 2008.Saat itu, Gatot mendapatkan berbagai informasi tentang adanya gerakan tersebut.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas